Search

Wednesday, July 31, 2024

Semarang Pesonanya Apa? :)

Tulisan ini tertrigger dari tulisan lamaku di link ini 😁

Menurut analisis blogger, tulisan yang kuberi judul SEMARANG PESONA ASIA ini di-view 4 kali kemarin, Selasa 30 Juli 2024, entah oleh 1 orang yang ngeklik halaman itu 4 kali, atau diklik oleh 4 orang yang berbeda. Tapi, membaca ulang tulisan itu membuatku geli sendiri, lol. nampaknya waktu itu aku memandang kota Semarang dengan setengah hati, ga pede bahwa Semarang bakal menarik perhatian orang untuk datang ke kota kelahiranku ini, lol. dan aku menganggap ide ex wali kota Semarang waktu itu sangat absurd dan ketinggian. hoho ... but don't get me wrong, no matter what, I love my hometown! 💓💓💓

kebetulan term ini, kursus tempat aku mengajar Bahasa Inggris mengadakan lomba, salah satunya -- untuk anak level SMA dan kuliah -- adalah giving a presentation dengan topic "how to attract tourists coming to Semarang, from the youth's perspective". Aku mengajak salah satu kelasku untuk membahas ini: "If you have a friend or relative living far away coming to Semarang, where will you take him/her to go around Semarang?"

Yang pertama mereka sebut adalah Kota Lama. (Di tulisan lamaku itu, Kota Lama belum seperti sekarang, lokasi itu masih menjadi tempat yang tidak aman untuk dikunjungi di waktu malam hari.) Sekarang, Kota Lama adalah destinasi wisata yang aman dan menyenangkan untuk dikunjungi mulai dari pagi hari sampai midnight! Jika di tulisan lama itu, aku hanya menyebut Gereja Blenduk, sekarang orang bisa dengan mudah menemukan spot-spot yang cukup instagrammable di Kota Lama, tidak hanya dengan background Gereja Blenduk. 


 

Well, jujurly, tidak hanya Semarang yang memiliki 'Old Town', Jakarta maupun Surabaya juga memiliki kawasan yang mereka sebut sebagai "Kota Tua". Tapi, tentu jenis-jenis bangunan peninggalan dari pemerintah Kolonial Belanda berbeda dari satu kota ke kota yang lain. So, aku tetap yakin bahwa orang akan senang berkunjung ke Kota Lama Semarang sambil foto-foto tentu saja.


 

Lawangsewu adalah destinasi kedua yang disebut oleh siswaku. Gedung bersejarah Lawangsewu juga dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda. Mungkin kota-kota lain juga memiliki bangunan yang di satu sisi ada kemiripan dengan Lawangsewu, misal Benteng Van Der Wijck di Gombong atau Benteng Van Den Bosch di Ngawi. Tapi, hanya Lawangsewu lah bangunan yang memiliki pintu yang banyak sekali - meski jumlahnya tidak benar-benar sampai sewu alias seribu. But trust me, di era orang suka pamer di media sosial, berkunjung ke Lawangsewu lalu foto-foto di sana is really worth showing off. 


 

Destinasi wisata ketiga adalah Sam Poo Kong, yang di masa aku kecil dulu lebih dikenal dengan nama Gedung Batu. Berbicara tentang klenteng yang besar, tentu saja Sam Poo Kong bukan satu-satunya yang ada di Pulau Jawa. Klenteng Kwan Sing Bio yang terletak di Tuban juga luas sekali areanya. Namun, Sam Poo Kong memiliki nilai historis khusus karena di awal bangunannya, sebenarnya petilasan ini dibangun oleh anak buah kapal Laksamana Cheng Ho alias Zheng He untuk dimanfaatkan sebagai masjid. Di lokasi yang sama, ada makam sang juru mudi kapal Laksamana Chen Ho yang meninggal dalam penjelajahannya. Namun, karena petilasan ini dihiasi ornamen-ornamen ala Cina dan berwarna merah dan kuning yang cethar, orang-orang lokal waktu itu mengira ini adalah klenteng, tempat bersembahyang orang-orang yang beragama Kong Hu Chu. Akhirnya, malah fungsinya berubah, tak lagi sebagai masjid, namun sebagai klenteng. Meskipun begitu, di salah satu bangunan yang cukup besar, terletak di samping 'Gedung Batu' ada bedug yang berukuran cukup besar.

"And don't forget to visit Simpanglima, Miss." kata siswa yang sama. 

Well, duluuu, Simpanglima memang merupakan satu tujuan hangout yang cukup populer, sebelum Kota Lama direnovasi sedemikian rupa, atau lokasi-lokasi lain dibangun oleh pemerintah/swasta. Maka, aku minta siswa itu untuk menjelaskan mengapa Simpanglima.

"I think Simpanglima is quite good for people to enjoy the culinary of Semarang," jelasnya. 

Aha ... ya aku ingat! (maklum aku jarang kelayapan di Simpanglima di malam hari, maklum menuju ke arah sana itu traffic selalu padat merayap, terutama di malam Minggu.) Di sekeliling Simpanglima, pemerintah telah membangun semacam street food court dengan beraneka jenis masakan khas Semarang; mulai dari nasi ayam (seperti nasi liwet di Surakarta), tahu gimbal, nasi pecel, dll. Yang hobi kulineran, sila datang ke sana. 

Jika sekarang banyak orang berbondong-bondong mampir ke masjid Syaikh Zayed jika mereka ke Solo, dulu saat Masjid Agung Jawa Tengah pertama kali usai dibangun, masjid ini juga menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi. Salah satu keistimewaan MAJT adalah dia memiliki 6 payung raksasa elektrik yang terbuka saat shalat Jumat, seperti yang ada di masjid Nabawi. Selain itu juga ada Menara Asma-ul Husna setinggi 99 meter. Dari atas menara, kita bisa melihat pemandangan kota Semarang sampai lumayan jauh.

Selain Sam Poo Kong, Semarang juga punya destinasi wisata religi lain untuk mereka yang beragama Buddha, yakni Vihara Buddhagaya yang terletak di area Pudakpayung, Semarang atas. Di sini ada patung Buddha berbaring dalam ukuran cukup besar loh. 

FYI, yang menarik dari kota Semarang adalah Semarang bisa dibagi menjadi dua area, area Semarang atas dan area Semarang bawah. Pengunjung bisa menikmati kerlap-kerlip lampu di Semarang bawah dengan cara mereka menikmati makan di resto yang terletak di Semarang atas, yang memiliki view kota bawah tentu saja. 

So far, it is enough ya. Next time I will write more about Semarang, if I have good mood. haha 

MS48 19.19 31/07/2024

2 comments:

Nasirullah Sitam said...

Aku biasa duduk santai kalau melihat bangunan seperti ini, terus memotret seperlunya sambil ngelihat orang berlalu-lalang

Nana Podungge said...

hellooo ... thanks for dropping by and leaving a comment :)