Search

Wednesday, July 17, 2024

Menyambangi Museum Sangiran (lagi)

 


Hari Jumat 12 Juli 2024 aku berangkat ke Solo demi menemui mbak Rina, my therapist. Biasa, kakiku butuh 'dibenahi' here and there. Mumpung masih libur kenaikan, aku bisa dolan ke luar kota dari hari Jumat sampai Minggu.

 

Sabtu 13 Juli 2024

 

Semula Ranz ingin mengajakku dolan ke Waduk Gajahmungkur dengan naik KA BATARA KRESNA. Terakhir kami berencana ke sana, ternyata tiket KA BK bisa dipesan sejak midnight on the D day, dan saat kami sampai di stasiun Purwosari, tiket sudah habis terjual. (Ini tahun 2023, if I am not mistaken.) Kali ini, ternyata sudah ada kebijakan baru: tiket KA BK bisa dipesan seminggu sebelum keberangkatan. Dan, lagi-lagi kami kehabisan tiket karena kurang update dengan kebijakan baru ini.

 

Aku pun menawari Ranz dolan ke Museum Sangiran saja. Beberapa bulan lalu Deven bilang dia ingin ke sana. Terakhir aku dan Ranz dolan ke sana sekitar tahun 2016 bertiga dengan Angie, naik motor. Angie memboncengkan Ranz, sedangkan aku naik motor sendiri. Waktu itu, aku dan Angie ke Solo naik bus ke Solo, dan ke Sangiran dengan naik motor mbak Niken dan ibunya Ranz. Maka aku menawari Ranz untuk berboncengan bertiga dengan Deven, meski aku sendiri rada ragu, lol. Aku tidak terlalu pede boncengan bertiga menuju lokasi yang berjarak kurang lebih 15 kilometer dari rumah Ranz, plus di jalan kami akan 'bersaing' dengan kendaraan-kendaraan besar, (so I thought.) dan naik motor yang bukan motorku.

 

Ternyata Ranz menawari naik Trans Jateng. Oemji! Aku baru tahu ternyata sudah ada Trans Jateng dari Surakarta menuju Sragen, dimana salah satu pos pemberhentiannya adalah di terminal Sangiran, sekitar 300 meter dari pintu gerbang masuk Museum Sangiran. Lha lebih nyaman naik Trans Jateng lah kalau bertiga begini.

 

Dari Jongke, kami bertiga naik taksi online menuju Terminal Tirtonadi. Kebetulan di titik tempat kami turun dari taksi, di situ terletak halte pemberhentian Trans Jateng. Bus TJ yang pertama datang menuju Wonogiri. Oh, makanya Ranz juga menawariku dolan ke Wonogiri naik bus TJ. Tapi karena kami cukup sering ke Wonogiri, aku tetap memilih dolan ke Sangiran. Bus TJ yang kedua, kembali menuju Wonogiri. Ternyata cukup banyak juga animo masyarakat untuk naik bus TJ yang menuju Wonigiri. Baru bus TJ ketiga yang datang menuju Sangiran.

 

Aku lupa mencatat berapa lama perjalanan dari terminal Tirtonadi menuju terminal Sangiran. Di sana, ada 'feeder' yang berbentuk seperti mobil pick-up yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga cukup nyaman dinaiki penumpang. Feeder inilah yang akan membawa calon pengunjung menuju museum. FYI, sekarang semua mobil dan bus harus berhenti di terminal ini, memarkir kendaraan di sini, lalu melanjutkan perjalanan ke museum dengan naik feeder. Atau cukup jalan kaki. Karena aku dan Ranz berpikir jarak dari terminal Sangiran menuju museum cukup jauh, kami naik feeder. Satu orang ditarik biaya Rp. 6000,00, ini untuk pulang pergi ya. Atau jika yang ingin sedikit berolahraga, bisalah jalan kaki menuju museum.

 

Tiket masuk Rp. 15.000,00 per orang. (Seingatku di tahun 2016 lalu, tiket masuk baru Rp. 5000,00 per orang.) dan Deven tetap harus membeli tiket dewasa karena yang masuk kategori anak-anak itu yang berusia di bawah 5 tahun di sini.

 

Yang 'baru' di sini adalah sekarang pintu masuk museum dulunya adalah pintu keluar. Dibalik dibanding terakhir kali aku dan Ranz ke sini. Dampaknya adalah, orang-orang yang membuka kantin dan berjualan merchandise di dalam area museum justru  terabaikan. Sebelum masuk, beberapa penjual merchandise memanggil-manggil untuk melihat-lihat jualan mereka. Tapi kan kami baru datang? Pengennya segera masuk museum untuk melihat-lihat di dalam museum. Setelah selesai lihat-lihat, begitu keluar, deretan kantin dan penjual merchandise itu jauh dari pintu kami keluar. Jadi males mau ke sana.

 

Sebenarnya aku ingin menikmati membaca-baca tulisan yang tersedia di tiap ruang pameran. Namun Ranz memburu-buru karena dia ingin dolan ke Waduk Cengklik di sore hari. Plus, kakiku yang baru dibenahi mbak Rina di hari Jumat sore juga perlu dijaga agar tidak kelelahan. Apa boleh buat? Disain museum nan megah ini banyak tangga naik turun.

 

Oh ya, sebelum masuk museum, kami menyempatkan diri sarapan ala kadarnya di warung yang terletak di samping loket/pintu gerbang masuk area museum. Deven hanya memesan pop***, aku memesan gado-gado, Ranz memesan soto sapi tanpa nasi. Sebelum meninggalkan museum, kembali kami jajan di sini, aku hanya ingin minum es teh, Deven juga hanya ingin minum yang segar-segar.

 

Untuk kembali ke terminal Sangiran, kami diantar oleh motor yang sudah siap siaga di lokasi itu. Sesampai terminal Sangiran, tidak sampai 5 menit kami menunggu, sudah ada bus TJ yang datang, siap membawa kami kembali ke terminal Tirtonadi. Dan dari terminal Tirtonadi, kami naik taksi online lagi untuk pulang ke rumah Ranz.

 

Guess what? Aku masih mau lagi dolan ke sini. Entah kapan. Pengennya sih mengajak dua keponakan. Hopefully the Almighty grant this wish of mine. Amen.

 

PT56 11.07 17 July 2024

 

To be continued to this link 

 

No comments: