LIBUR AKHIR PEKAN : CAVETUBING KALISUCI dan DOLAN PANTAI INDRAYANTI
Jarang-jarang aku berlibur berdua saja dengan
Angie akhir-akhir ini. Hal ini disebabkan libur kita yang tidak bersamaan.
Terakhir kita berlibur berdua kurang lebih satu tahun yang lalu, ke Jogja.
Namun kita tidak kemana-mana. Kita berangkat hari Jumat; Sabtu Angie pergi
dengan Ochie, sobatnya ketika SMA, sedangkan aku pergi dengan Ranz. Hari , Minggu-nya
baru kita jalan bareng, ke beberapa toko buku. Kemudian pulang ke Semarang.
Sejak bulan September kemarin aku dan Angie
sudah merancang akan dolan ke Jogja untuk kemudian mencoba cavetubing di Goa
Pindul. Kita akan berangkat pada hari Jumat 5 Oktober (sepulang aku bekerja).
Hari Sabtu 6 Oktober kita akan bersama mencari lokasi Goa Pindul di Gunung
Kidul, dengan naik motor (pinjaman). Hari Minggu 7 Oktober kita akan
jalan-jalan ke Malioboro, kemudian pulang ke Semarang sorenya.
Aku sudah googling cavetubing di Goa Pindul ini,
terutama untuk arah dari Jogja ke Wonosari kemudian ke Goa Pindul. Merupakan
suatu kebetulan ketika tiba-tiba group ‘Jogjaku’ di facebook menawarkan ‘one
day adventour with Jogjaku’ yang berupa cavetubing di Kalisuci dan berkunjung
ke Pantai Indrayanti – yang konon merupakan salah satu pantai terindah di
deretan Pantai Selatan di daerah Gunung Kidul dengan biaya Rp. 150.000,00 per
orang dengan rincian pp dari bunderan UGM naik bus AC, snack, makan siang, dan
cavetubing di Kalisuci. (Masuk kawasan Pantai Indrayanti nampaknya gratis ya?)
Akhirnya aku dan Angie memutuskan untuk gabung dengan ‘one day adventour with
Jogjaku’ ini, instead of going to Gunung Kidul by ourselves. :)
Sabtu 6 Oktober 2012
Aku dan Angie berangkat dari Semarang sekitar
pukul 08.00 naik bus Joglosemar. Ketika akan meninggalkan Semarang (di daerah
Semarang atas) sampai Bawen perjalanan agar tersendat karena padatnya jalan,
kita sampai di pool Joglosemar di Jalan Magelang Jogja sekitar pukul 11.30. Sampai
di pool Joglosemar Jogja aku berniat untuk beli tiket kembali ke Semarang hari
Minggu yang pukul 21.00. Namun ternyata semua tiket telah habis terjual. Aku
tidak berani ‘gambling’ membeli tiket keberangkatan yang jam 20.00 karena
panitia ‘one day adventour with Jogjaku’ meminta para peserta yang dari luar
kota untuk memesan tiket kepulangan yang di atas jam 21.00. Sempat bingung bagaimana
kita akan pulang ke Semarang, akhirnya kuputuskan kita akan pulang hari Senin
pagi, dengan naik bus apa aja yang kita temukan (LOL) di Jombor. Dengan resiko:
aku bakal sampe sekolah terlambat. Apa boleh buat? :(
Dari pool Joglosemar, aku dan Angie naik bus
mini yang menuju Condong Catur. Kita berhenti di perempatan Mirota Kampus, di Jalan C Simanjuntak. Sebelum
melanjutkan perjalanan ke jalan Malioboro, kita mampir makan siang dulu di
‘warung ijo’ tempat aku dulu kadang beli makan ketika aku masih kuliah dan
tinggal di Jalan C. Simanjuntak no. 63. (Berada di kawasan UGM, aku selalu
merasa bahwa aku masih lah seorang mahasiswa. J) Seusai makan, kita melanjutkan perjalanan
dengan naik bus kota nomor 4.
Aku dan Angie turun di depan Malioboro mall. Aku
menawari Angie apakah dia ingin jalan-jalan di Malioboro mall, namun Angie
lebih memilih jalan di sepanjang trotoar kaki lima Malioboro, sambil menikmati
aneka merchandise yang dijual disana; mulai dari kaos, baju batik, tas, sandal
jepit, kalung, gelang, gantungan kunci, celana pendek, kacamata dll.
Lumayan lama juga – berjam-jam – aku mengikuti
Angie yang nampak sangat antusias mencari pernak-pernik gelang yang harganya
jauh lebih miring dibanding di toko-toko Semarang. Aku sendiri membeli kaos
bertuliskan ‘malioboro’ berwarna oranye, couple untukku dan Ranz. Untuk kembali
ke daerah UGM – untuk kemudian ke rumah Detta yang terletak di Jalan Kaliurang
km 8 – aku ingat dari Jalan Malioboro kita bisa berjalan ke arah Barat – aku
tidak tahu nama jalannya – dimana ada bus jalur 5 yang lewat menuju UGM. Atau
kita berjalan ke arah Timur – aku juga lupa nama jalannya LOL – dimana ada bus
jalur 2 yang menuju UGM. (FYI bagi mereka yang tidak mengenal sistem
transportasi umum di Jogja, hampir semua bus kota (bus KOPATA/ASPADA/PUSKOPKAR/DAMRI/KOBUTRI)
menuju UGM, jadi lumayan mudah untuk menuju UGM dengan menggunakan angkot.
Namun semenjak ada bus TRANS JOGJA, aku belum tahu apakah semua bus TRANS JOGJA
juga menuju UGM?)
Ketika aku perlu ke ATM dimana aku dan Angie harus
berjalan menuju arah Barat, maka aku minta Angie memilih apakah kita terus
jalan ke arah Barat untuk kemudian balik ke UGM dengan menunggu bus jalur 5,
atau Angie masih pengen jalan-jalan lagi di Malioboro. Angie sebenarnya bisa
‘membaca’ bahwa nyokapnya sudah capek. J
Maka meski dia masih kepengen balik lagi ke Malioboro, dia oke-oke saja kita
jalan terus ke Barat (kalo tidak salah nama jalannya Jalan Bhayangkara). Sesampai
di Jalan Bhayangkara, kita menunggu lumayan lama namun tak ada penampakan bus jalur
5 yang zaman aku kuliah (tahun 2005 terutama) merupakan bus yang kutunggi di
tiap hari Kamis pagi, sebelum jam 6, untuk menuju Jombor, karena aku harus
balik ke Semarang untuk mengajar. Meski aku telah meyakinkan Angie bahwa meski
bus jalur 5 jumlahnya tidak sebanyak bus jalur 2 (misalnya), namun ada, dan
lewat jalan Bhayangkara, Angie mulai resah dan tidak yakin apakah ingatanku
tentang bus jalur 5 ini masih bisa diandalkan. LOL. Atau mungkin telah terjadi
perubahan rute bus kota di Jogja dan bus jalur 5 tak lagi lewat Jalan
Bhayangkara. Tiba-tiba ada bus datang, bus TRANS. Tanpa pikir panjang, aku
melambaikan tangan, lupa bahwa untuk naik bus TRANS, aku harus ke halte khusus,
maka lambaian tanganku pun diabaikan. LOL.
Walhasil, akhirnya aku dan Angie jalan balik ke
arah Malioboro. Angie masih menyempatkan diri berburu gelang persahabatan,
(owalah ternyataaaa ... ) baru kemudian kita berjalan ke arah Timur, menuju
jalan Suryotomo, naik bus jalur 2 untuk menuju UGM. Kita turun di perempatan
Jalan Kaliurang km 4,5 di pinggir Selokan Mataram, untuk kemudian naik colt
yang menuju Kaliurang. Kita berdua sampai di rumah Detta kurang lebih menjelang
maghrib.
Ngobrol dengan Detta – sobat lama yang pernah
mengajar di sebuah kursus Bahasa Inggris yang sama denganku pada tahun 1999 –
2003 – sampai sekitar pukul 22.00 (sementara Angie sudah molor duluan).
Minggu 7 Oktober 2012
Aku dan Angie sampai di bunderan UGM – meeting
point dengan kru ‘Jogjaku’ dan para partisipan ‘one day adventour with Jogjaku’
– tepat pada jam yang ditentukan, 06.30. setelah registrasi ulang, menunjukkan
bukti transfer, menunggu peserta yang lain datang, kita dipersilakan naik bus
sekitar pukul 07.10. Namun, bus meninggalkan bunderan UGM sekitar pukul 07.30. sampai
di kawasan Kalisuci sekitar pukul 09.20.
Ketika masih di dalam bus, panitia telah
mengumumkan bahwa partisipan ‘one day adventour with Jogjaku’ yang berjumlah 90
orang dibagi menjadi lima kelompok. Kebetulan aku dan Angie termasuk kelompok
satu sehingga ketika sampai di Sekretariat cavetubing Kalisuci, aku dan Angie
bisa langsung mempersiapkan diri untuk segera mengikuti cavetubing. Horreeee
... :) Di
Sekretariat kita bisa menitipkan barang-barang yang kita bawa, misal baju
ganti, alat mandi dan lain-lain.
Setelah berfoto-foto bersama partisipan kelompok
satu yang lain – untuk dokumentasi – dan juga berdoa, kita mulai diajak oleh
seorang guide menuju lokasi. Seperti yang kutulis di postingan sebelum ini, aku
tidak berani membawa kamera digital (yang kupinjam dari Ranz) maupun hape
karena ga mau menanggung terciprat air waktu cavetubing. ‘Trek’ menuju Kalisuci
cukup menantang, serupa trek di dalam hutan (waktu trekking), jalanan terus
menurun. Untunglah sejak awal panitia sudah ‘wanti-wanti’ untuk mengenakan
sepatu kets atau pun sandal gunung agar tidak salah kostum karena trek yang
bakal bikin repot jika seseorang mengenakan high heels, misalnya. LOL.
Terbiasa bepergian bersama Ranz – yang merangkap
sebagai fotografer pribadi LOL – kali ini aku harus gigit jari karena ga ada
yang motret. Hihihihi ... Hanya mengandalkan fotografer yang disediakan oleh
pihak panitia, wahhh ... ga cukup lahh. LOL. But it’s ok deh. Yang penting aku
sudah pernah ngerasain cavetubing, yang sebenarnya terasa kurang menantang
bagiku. Kalau rafting tentu lebih menantang ya? :)
menjelang 'terjun' ke sungai untuk 'naik' ban |
salah satu sudut sebelum masuk ke dalam goa |
Angie memotret dirinya sendiri :-D |
aku pangling diriku sendiri, :-P |
menjelang selesai, sudah lepas dari ban |
tebing yang harus didaki untuk kembali ke peradaban :-D |
Cavetubing di Kalisuci yang konon panjangnya
kurang lebih 500 meter seharusnya lebih ‘fulfilling’ ketimbang cavetubing di
Goa Pindul yang hanya 350 meter, namun aku tetap merasa itu sangatlah pendek.
Hanya sebentar aku menikmati terapung-apung dalam ban (tube). Jika tidak ada
arus, aku kesulitan menggerakkan ban untuk maju, paling Cuma muter-muter di
tempat. LOL. Maka untuk ini, para ‘guide’ dibutuhkan untuk mendorong ban dan
‘penumpang’ di dalamnya.
Kelompok satu yang terdiri dari kurang lebih 20
orang segera mempersiapkan diri di halaman sebuah rumah yang digunakan sebagai
Sekretariat. Kita mengenakan life vest (pelampung) dan helm. Pelampung
diperlukan agar kita tetap mengambang di air, jika sampai kita terlepas dari
ban (tube). Helm diperlukan jika dalam perjalanan mengarungi sungai kepala
terantuk batu-batu yang ada di sisi kiri dan kanan. Bagi mereka yang tetap
ingin membawa kamera dan hape ketika cavetubing, panitia menawarkan plastik
bening untuk membungkusnya.
Kita membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit
untuk sampai di lokasi. Disana sudah ada dua orang yang menunggu untuk
mendampingi kita cavetubing. Ban dilempar ke sungai satu-satu, kita pun naik
ban itu satu per satu. Setelah semua naik ban, oleh guide, kita ditata untuk
membentuk barisan. Aku berada di depan, yang lain berbaris di belakang; kaki
dikaitkan ke ban yang ada di depannya. Setelah rapi, kita baru didorong untuk
memulai ‘petualangan’. :)
Salah satu guide, selain berfungsi sebagai
‘pendorong’ ban, dia juga bercerita tentang apakah itu cavetubing, sedikit
berkisah tentang Kalisuci yang ‘dinaungi’ oleh goa sehingga memungkinkan bagi
orang untuk bercavetubing-ria. Cavetubing termasuk salah satu jenis wisata yang
menantang adrenalin yang baru di Indonesia, Gunung Kidul khususnya. Konon di
seluruh dunia, hanya ada tiga lokasi yang menawarkan cavetubing; selain Gunung
Kidul, orang-orang bisa melakukannya di Mexico dan New Zealand.
Tekstur atap goa di Kalisuci berbeda dengan
tekstur atap goa Akbar di Tuban, yang kukunjungi bulan Agustus 2012 kemarin. Apakah
mungkin karena ada air yang mengalir di bawah goa di Kalsuci? Pemerintah Tuban
memang menyediakan kolam beserta ikan yang berenang-renang di bawah Goa Akbar
Tuban, namun kolam ini adalah kolam buatan, tidak terjadi secara alami seperti yang
ada di Kalisuci maupun di Goa Pindul Gunung Kidul.
Secara pribadi, aku lebih memilih untuk berenang
di bawah goa, lebih bebas bergerak, namun sayang aku harus mengikuti prosedur. Selain
itu, dengan ‘leyeh-leyeh’ di atas (dalam) ban, aku bisa memandang atap goa.
Setelah selesai cavetubing, kita ‘dikejutkan’
dengan trek untuk ‘kembali ke peradaban’: tebing yang curam! Kita harus
melewatinya satu per satu. Oleh penduduk sekitar, seutas tali tambang
disediakan untuk membantu kita melewati tebing nan curam ini. Bagi yang biasa
panjat tebing, it is a piece of cake. Bagi mereka yang tidak terbiasa olahraga,
waaawww ... Seingatku tak sebuah website pun yang promosi tentang cavetubing
pernah menyebutkan sulitnya medan menuju lokasi cavetubing dan medan kembali ke
Sekretariat. Cheating, eh? LOL. Tapi, keasyikan bercavetubing memang membayar
itu semua. :)
Aku dan rombongan kelompok satu kembali ke
Sekretariat sekitar dua jam berikutnya, 11.30. Di sana sudah tersedia hidangan
a la Gunung Kidul, yakni ‘tiwul’ dan ‘gatot’, juga mie bakso dan teh panas. Aku
dan Angie segera menikmati mie bakso yang masih panas, baru kemudian antri
untuk membasuh badan. Mungkin karena cavetubing Kalisuci ini masih terhitung
relatif baru, maka Sekretariat baru menyediakan satu buah kamar mandi dan dua
toilet. Bisa dibayangkan antrinya bagaimana.
Sembari menunggu kelompok lain yang sedang
cavetubing, kita dipersilakan duduk-duduk di dalam Sekretariat, sekaligus
menikmati tiwul dan gatot.
Setelah semua kelompok usai, rombongan ‘one day
adventour with Jogjaku’ meninggalkan lokasi sekitar pukul 14.30. Tujuan
berikutnya adalah Pantai Indrayanti.
Singkat kata, kita sampai di Pantai Indrayanti
sekitar pukul 16.20. Pantai Indrayanti terletak di kawasan pantai Sundak
Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul. Pantai berpasir putih ini terkenal
dengan berbagai macam restoran dan penginapan untuk keluarga. Untuk aktifitas,
pengunjung bisa mencoba jetski yang ditawarkan, atau berjalan menyusuri pantai
dan memanjat tebing yang bertebaran. Untuk beristirahat, oleh pihak pengelola
telah disediakan gazebo di segala penjuru. Pantai Indrayanti memang sangat siap
untuk menjadi salah satu tujuan wisata para turis.
Sayangnya waktu rombongan ‘oneday adventour with
Jogjaku’ sampai di lokasi, pantai sedang penuh pengunjung, sehingga menurutku
pribadi kurang nyaman untuk berjalan-jalan di sepanjang bibir pantai. Atau
mungkin juga karena mood-ku dan Angie yang ‘hanya’ siap untuk bercavetubing
sehingga kita tidak begitu antusias mengeksplor pantai. Apalagi kita sudah
diminta untuk kembali ke bus pada jam 17.00. Maka aku dan Angie tidak jauh-jauh
berjalan selain hanya mencari spot yang sedikit kosong untuk berfoto-fiti.
Aku sebenarnya orang yang suka sekali ke pantai.
Aku senang duduk memandang laut lepas, biru langit dan air laut berjam-jam. Namun
karena mood-ku sore itu tidak siap untuk menikmati pemandangan pantai, ya
begitulah. Kita tidak lama-lama main pasir. Karena tidak membawa baju ganti
(lagi), kita tidak main air. Menjelang pukul 17.00 kita sudah balik ke bus.
Para partisipan lain – juga bersama kru Jogjaku
– kembali ke bus setengah jam kemudian. Bus mulai meningalkan lokasi sekitar
pukul 17.50. Dalam perjalanan balik ke Jogja kita diajak mampir ke pusat
oleh-oleh yang berjualan makanan khas Gunung Kidul, seperti tiwul, gatot, juga
ada belalang bakar/goreng. Sebagian dari kita membeli oleh-oleh untuk keluarga
tercinta di rumah.
Rombongan sampai di Bunderan UGM pukul 20.30. Aku
dan Angie balik ke rumah Detta naik taksi dan menginap semalam lagi. Senin pagi
kita ninggalin Jombor menuju Semarang sekitar pukul 05.15.
Next time aku ingin cavetubing di Goa Pindul,
sekaligus mencoba menjelajah Goa Glatik (caving) dan river tubing di Sungai
Oyo. Kapan yaaa? :)
GL7 09.47 181012
P.S.:
Foto-foto yang 'burem' diambil menggunakan kamera milik Angie. Check her post here yah? Foto-foto yang lain diambil menggunakan kamera prosumer milik Ranz. :)
Foto-foto yang lain bisa dilihat di postingan sebelum ini. :)
No comments:
Post a Comment