Search

Tuesday, August 27, 2024

Jalan Sehat Tujuhbelasan

 


seperti yang sering kutulis: "there is always the first in everything." kali ini, pengalaman pertama yang kualami adalah mengikuti event jalan sehat RW tempat aku tinggal, meski tentu ini bukan untuk pertama kali RW tempat aku tinggal menyelenggarakan acara jalan sehat dalam rangka merayakan 17 Agustus. 

what motivated me?

I am not sure if I realized this, lol. kecuali bahwa tikum jalan sehat dipilih di depan rumahku, dan aku sudah merasa TIDAK WAJIB KELUAR SEPEDAAN di hari Minggu pagi. ho ho ... maka waktu Angie bertanya, "Mama besok mau ikut jalan sehat RW ga?" aku bertanya balik, "Angie mau ikut?" akhirnya, ya begitulah, kami berdua ikut.

Sabtu 24 Agustus 2024 saat aku pulang dari kantor sekitar pukul setengah tujuh malam, di perempatan dekat rumah sudah ada para pekerja yang memasang panggung dan tenda. setelah itu dilanjutkan dengan checking the sound system. well, tentu saja saat para panitia checking the sound system, suaranya mengganggu, lha bayangkan mereka nyanyi-nyanyi sampai menjelang midnight! tapi, aku berusaha menghibur diri, gapapa tidurku terganggu, tapi kan di hari Minggu pagi aku ga perlu pergi 'jauh-jauh' dari rumah, tinggal ke luar rumah, bergabung dengan peserta lain! praktis sekali. 

Minggu 25 Agustus 2024 pagi, aku bangun jam 05.45. aku menyempatkan diri memasak nasi goreng untuk sekedar mengisi perut sebelum bergabung dengan ratusan peserta lain.

Jam 06.25 aku sudah ke luar dari rumah. aku dan Angie sama-sama memilih mengenakan T-shirt berwarna hitam. lha kok ternyata sebagian besar peserta mengenakan baju berwarna merah! aku dan Angie sempat grogi, should we change our clothes? Angie mengamati poster jalan sehat yang tersebar di WAG, di situ tidak tertera dress code kok. so ya sudah, kami pede saja. aku cuma mengganti topi yang kukenakan, lol. semula aku mengenakan black bucket hat, kuganti dengan red cap. 

jam 06.30 MC membuka acara, lalu bla bla bla ... dan pasukan peserta jalan sehat dilepas sekitar pukul 06.50. jalan itu menempuh jarak 2,12 kilometer. (kok angka 'keramat' bagi kaum tertentu yak? hohoho) sebelum kembali ke titik kumpul semula, saat melewati gedung kelurahan, peserta diberi kupon untuk door prize. Angie mendapatkan nomor 00269 sedangkan aku mendapatkan nomor 00103.

setelah kembali ke titik kumpul, peserta diberi segelas air mineral dan snack berupa arem-arem dan tahu bacem. 

dilanjutkan acara senam erobik bersama, lalu hiburan dan pembagian door prize. 

(Shhhtttt ... berhubung hari itu adalah hari ulang tahun one someone special of mine, sejak pagi entah mengapa aku sudah pede bahwa aku bakal dapat door prize!)

panitia mengklaim ada ratusan door prizes yang dibagikan kepada peserta. adikku berharap mendapatkan kipas angin, karena kipas angin di ruang makan rusak. aku sendiri meski pede bakal dapat door prize, aku ga ada harapan dapat hadiah utama atau apa kek. pokoknya aku bakal dapat. titik!

ternyata Rani -- keponakan -- yang pertama kali mendapatkan door prize, berupa sabun untuk mencuci pakaian. yang kedua, Angie mendapatkan sabun untuk mencuci piring. ho ho ... sementara aku masih menunggu terkantuk-kantuk di teras, sambil mendengarkan penyanyi acara menyanyikan lagu-lagu. heran, perasaan aku tahu banyak lagu campur sari, lha kok dari sekian lagu yang dinyanyikan, aku blas ga kenal. awokawokawok ... 

Watku Ranz bertanya apakah setelah ikut jalan sehat aku mencuci -- one ritual thing of mine on Sunday lol -- aku menjawab aku sedang menunggu pembagian door prize sambil mengirimkan satu foto.

"Lha kamu kok enak? menunggu pembagian door prize di teras rumahmu sendiri?" katanya, lol.

yaa lumayanlah punya privilege berupa rumah di dekat perempatan yang bisa dianggap pusat kelurahan.

menjelang pukul 10.55 baru diadakan penarikan kupon undian untuk grand prize berupa smart TV ukuran 32 inch. and ... eng ing eng ... nomorku 00103 disebut oleh seseorang! 

ALHAMDULILLAAAH!!!

honestly, meski aku yakin aku bakal dapat door prize hari itu, aku tidak sebegitu pedenya bakal dapat grand prize dong. ohohoho ...

(lah, mamas yang ulang tahun, aku dong yang dapat hadiah! hohohohoho)

so, siang itu, aku pun menraktir kedua adik dan keponakanku jajan es di WEDRINK. kata adik ragilku, "Iki traktiran ultah mbak Nana sing tertunda." 😃😍😉

kata adikku (juga) RW mengakan event jalan sehat ini hanya dua tahun sekali. so? kemungkinan kami akan ikut acara seperti ini dua tahun lagi. tahun depan, katanya yang mengadakan pihak kelurahan, yang tentu tidak diselenggarakan di depan rumah kami. ho ho ...

PT56 14.46 27/08/2024









ini foto dari panitia


Tuesday, August 20, 2024

Hey Jepara! Long time no see! Day 2

 


Minggu 18 Agustus 2024 Pantai Kartini & Pulau Panjang

 

Semalam suara gaduh dari luar penginapan tetap terdengar sampai midnight! Ini berarti aku belum bisa terlelap sampai tengah malam. Ini salah satu excuse mengapa meski alarm berbunyi pukul lima pagi, aku lanjut molor sampai jam enam. Ha ha …

 

Saat aku melongok ke luar kamar sekitar jam 06.15, di tempat parkir penuh sepeda motor yang terparkir. Entah jam berapa orang-orang yang naik motor-motor itu datang datang semalam, karena ketika kami kembali ke kamar, tempat parkir di depan penginapan itu masih kosong!

 

Jujurly, aku ingin lanjut molor lagi, lol, tapi, aku kok ya pengen jalan-jalan sampai 'ujung' ya? Akhirnya aku mengajak Ranz jalan-jalan sampai ujung. Di sebelah 'sana' ternyata sudah ada beberapa warung makan yang sudah buka, sudah menyiapkan tikar untuk alas duduk dan 'bean bag' untuk pengunjung di pinggir laut. Mereka menawari kami untuk mampir, tapi Ranz yang tidak biasa sarapan sepagi itu tentu menolak. Aku sendiri merasa ga nyaman jika langsung mampir, lha Angie masih molor di penginapan.

 

Menjelang jam 7 kami sudah balik ke penginapan, lalu mandi agar jam 8 sudah siap untuk menyeberang ke Pulau Panjang. Ternyata Angie sudah melek dan jalan-jalan di sekitar penginapan.

 

Jam 8 kami sudah sampai dermaga perahu untuk menyeberang ke Pulau Panjang. Satu orang membayar tiket Rp. 30.000,00. Di sini, Deven dihitung sama dengan yang dewasa. Hoho … Kebetulan sebelum kami membeli tiket, sudah ada satu keluarga yang membeli tiket -- suami istri dan 2 anak yang masih kecil-kecil, lebih muda ketimbang Deven yang berusia 10 tahun tahun ini. So, kami pun langsung diberangkatkan naik perahu Sapta Pesona, ga pakai nunggu.

 


 

Perjalanan memakan waktu hanya 15 menit. Meski belum ada jam 9 saat kami sampai Pulau Panjang, panas sang mentari sudah terasa sangat menyengat! Jadi rada malas mau foto-foto di pinggir pantai dengan pasir putih dan laut yang airnya berwarna biru itu, malas kalau pulang-pulang warna kulit sudah keling. Wakakakakaka … padahal ya sebenarnya ingin nyemplung air, seperti waktu main ke Gili Ketapang. 'Sayangnya' di Pulau Panjang tetap belum ada penginapan, nampaknya. Jika ingin menginap di sini -- agar bisa main di pantai berpasir putih di sore hari agar warna kulit tidak mendadak keling -- terpaksa ya tetap camping, seperti pengalaman kami di tahun 2016.

 

To our surprise, di dekat pantai tempat kami dulu camping, sudah banyak warung-warung makan (di tahun 2016 lalu, masih sangat jarang!) dan banyak tenda yang nampak terpasang di 'camping ground' situ. To our disappointment, mereka yang camping di situ nampak jorok banget. Hikss … Well, resiko sih jika banyak orang yang camping. Jadi ingat di tahun 2015 waktu aku dan Ranz ke sini, area untuk camping itu masih kosong, terasa luas untuk berlarian sambil foto-foto. Sekarang? Boro-boro dah.

 

Meski begitu, aku menikmati warung-warung yang sudah ada. Mereka menyediakan tikar-tikar di dekat pantai, di bawah pohon-pohon, jadi lumayan sejuk. Angie yang sudah kelaparan, langsung bilang mau sarapan. Dia memilih menu indomie goreng + telur, aku memilih lontong pecel, Deven nasi goreng, sedangkan Ranz memesan indomie goreng + telur setengah matang. Ternyata setelah datang, bukan telurnya yang dimasak setengah matang, melainkan indomie-nya yang dimasak setengah matang, lol.

 

Deven nampak sangat menikmati main pasir sampai-sampai dia ga segera sarapan jika tidak kami paksa.

 

Pukul 10.30 aku sudah mengajak beranjak dari situ, untuk jalan-jalan 'masuk hutan'. Seingatku, hutannya itu dulu cukup sejuk sehingga jika kita berjalan-jalan, ga akan terlalu terpanggang sinar matahari. Well, tentu ada bagian yang rada gersang, tapi masih terhitung sejuklah. Sekarang? Tetap terasa panas!

 

Kami tidak jalan jauh-jauh, karena aku pikir kami masih butuh beristirahat di penginapan, ngadhem setelah kepanasan. Setelah sampai di satu gardu pandang, kami berhenti, foto-foto, lalu kembali ke dermaga, untuk kembali ke Pantai Kartini.

 

Setelah menyeberang balik ke Pantai Kartini, Angie minta dibeliin es teh. Untunglah teh yang dijual di dekat dermaga itu rasanya lumayan, ketimbang es teh yang kubeli di pantai Bandengan, terasa banget itu pakai air tanah, bukan air mineral, karena rasanya rada-rada asin. Hikss …

 

Pukul 11.30 kami kembali ke penginapan. Aku dan Angie mandi, Deven juga karena dia kan main di air laut. Lalu kami packing. Jam 12.30 kami meninggalkan penginapan, karena sudah ditanya yang jaga, "mau nambah menginap semalam lagi atau mau keluar?" lol.

 

Karena kami memesan travel untuk kembali ke Semarang pukul 14.00, kami duduk-duduk di yang jualan minuman dekat dermaga penyeberangan ke Pulau Panjang, karena rasa tehnya lumayan. Sambil menunggu, Ranz dan Deven nyewa motor trail mainan.

 

Pukul 13.35, Ranz sudah mengajak keluar dari kawasan Pantai Kartini, menuju spot yang ditunjuk sopir travel kemarin, untuk menunggu dijemput. To our surprise, di sana banyak sekali mobil yang terparkir. What are those people doing? Or waiting? Ternyata o ternyata, mereka adalah sopir taksi online -- yang kali itu bekerja offline, tanpa menggunakan aplikasi -- yang menunggu penumpang/turis yang turun dari kapal ferry dari Karimun Jawa. Aku sempat ditawari, tapi karena kami sudah buking tiket travel, aku tolak.

 

And … to our disappointment, armada travel yang kami pesan -- semeru -- tidak kunjung datang bahkan sampai lebih dari jam 14.00. Ranz yang sudah buking tiket travel jam 17.00 untuk kembali ke Solo sudah nampak resah dan uring-uringan. Akhirnya armada travel itu datang jam 14.15. Tapi, saat sopir menyebut nama-nama penumpang, nama kami berempat tidak disebut. Semua penumpang itu adalah mereka yang baru pulang dari Karimun Jawa.

 

Aku pun mendesak bertanya pada sang sopir apakah masih ada armada lain dari semeru? Jawabnya, ada, sedang otw ke Pantai Kartini. Oke. Kami tunggu.

 

7 menit kemudian, ada armada lain datang. Entah mengapa feelingku mengatakan kayaknya kami ga bakal terangkut lagi nih. Di sekitar kami masih banyak orang-orang yang baru turun dari kapal. And … it was true! Nama kami berempat tidak dipanggil lagi. Saat aku bertanya kepada sopir, dia bilang dia tidak tahu apa-apa, kami diminta bertanya pada CS.

 

Aku pun kepikiran untuk naik taksi online saja, agar tiket travel Ranz ke Solo tidak hangus. Tapi, sekaligus meminta Ranz kalau bisa me-reschedule keberangkatannya, dari pukul 17.00 ke pukull 18.00. well, aku tahu biasanya travel Arag** itu sering fully-booked, but who knows. Ye kan? Akhirnya Ranz pun berhasil reschedule, dan … pihak CS travel semeru minta maaf ke Ranz karena nama kami berempat tidak tercantum dalam travel keberangkatan jam 14.00 dengan alasan ada satu armada yang rusak. Dan kami ditawari untuk refund. Uteke!!!

 

'untunglah' masih banyak mobil taksi offline di sekitar kami. Akhirnya kami pulang ke Semarang dengan naik mobil taksi itu, dengan biaya Rp. 450.000,00 sampai di Taman Kasmaran. Kami meninggalkan Pantai Kartini sekitar pukul 15.00, dan sampai di Taman Kasmaran pukul 17.10. Syukurlah.

 

Ini hari Selasa 20 Agustus. Aku masih menunggu proses refund uang yang sudah kami bayarkan.

 

PT56 15.09 20/08/2024

 

Hey Jepara! Long time no see! Day 1

 


Sejak tahun 2011 -- pertama kali aku dan Ranz ngepit ke Jepara bareng kawan-kawan -- hampir tiap dua tahun sekali kami berdua dolan ke Jepara. Namun, gegara pandemi, kami lamaaa tidak dolan ke sana. Terakhir kami ke sana tahun 2018, sepedaan bareng kawan-kawan Komselis, dalam rangka merayakan ulang tahun Komselis yang kesembilan. Dan … baru kali ini, Agustus 2024 kami dolan ke Jepara lagi. Namun, kali ini kami mengajak Deven dan Angie yang berarti kami tidak ke sana dengan bersepeda.

 

There is always the first experience in anything! Yuhuuu … akhirnya kami pertama kali dolan ke Jepara dengan naik travel! Ini termungkinkan karena out of the blue Ranz mendapat info bahwa jika naik travel S*****, kami bisa langsung turun di Pantai Kartini. Dan untuk kembali ke Semarang, kami pun tinggal menunggu dijemput oleh armada travel di lokasi yang sama.

 

Sabtu 17 Agustus 2024 Pantai Kartini & Pantai Bandengan

 

Mumpung aku dan Ranz libur di hari Sabtu ini, weekend ini kami pilih untuk dolan ke Jepara. Namun karena Deven harus ikut upacara 17-an terlebih dahulu di sekolah, Deven dan Ranz baru berangkat dari Solo jam 09.00. Mereka sampai pool travel Ara*** di Taman Kasmaran Semarang sekitar jam 11.00. Kami janjian di pool travel di Jl. Imam Bonjol sekitar jam ini. Travel yang kami naiki ke Jepara menyediakan pemberangkatan setiap dua jam sekali, dari jam 10.00 lalu jam 12.00, lalu jam 14.00 dan seterusnya.

 

Travel yang kami naiki meninggalkan pool travel di IB tepat pada pukul 12.00. Perjalanan lancar, alhamdulillah, meski sempat harus melewati dua titik perbaikan jalan yang membuat kami harus berhenti untuk sesaat. Ini kami sudah sampai di kawasan Kabupaten Jepara. Kami sampai di pintu gerbang masuk Pantai Kartini pukul 14.00. Tepat seperti yang aku harapkan.

 

Untuk masuk kawasan Pantai Kartini, kami membayar Rp. 30.000,00 untuk 3 orang. Deven yang masih dianggap anak-anak ternyata gratis. Alhamdulillaaah. Biasanya kami naik sepeda masuk kawasan pantai ini, kali ini kami berjalan kaki, mana matahari sedang panas-panasnya, berjalan menuju homestay KOTA BARU terasa cukup melelahkan, lol.

 

Semula Ranz buking satu kamar VIP dengan harga Rp. 325.000,00 yang cukup untuk kami berempat. Ternyata, kamari ini terletak di lantai 2. 'Sayangnya' tangga yang dipakai naik ke lantai 2 bukan tangga yang 'established', terbuat dari kayu, yang membuat Ranz khawatir jika kudu naik turun, aku akan kesusahan. Maka, kami bertanya apakah ada kamar lain di lantai 1 yang bisa kami pakai berempat. Akhirnya, kami pindah ke 2 kamar yang terletak di luar, dengan menambah biaya Rp. 100.000,00. Saat aku dan Ranz menginap di sini tahun 2015, kami juga menginap di satu kamar, yang pada weekend ini dipilih oleh Angie untuk kami berdua. Ranz dan Deven di kamar sebelah kami.

 

Bagiku pribadi, yang membuatku kurang nyaman di kamar lantai 2 -- meski kalau dilihat sekilas, kamarnya jauh lebih nyaman karena luas -- ada beberapa laki-laki yang menginap di kamar lantai 2 yang dengan nyaman nongkrong di kursi lorong dengan bertelanjang dada.

 

Setelah resmi check-in, istirahat sebentar di dalam kamar sembari ngadhem, Angie mengajak keluar untuk mencari es teh. Aku putuskan hanya beli 1 cup saja, karena aku sedang mengurangi minum manis. Dan … ternyata rasanya ya … yaaah … C sajalah. Ho ho … Kemudian kami menuju Kura-Kura Ocean Park, dimana para pengunjung bisa menikmati akuarium yang berisi beraneka spesies ikan dan penyu. Angie penasaran ingin melihat di dalamnya. Namun, sebelum masuk, aku bilang sebaiknya kami menawari Deven, mungkin dia ingin masuk juga. Maka, kami pun keluar, kembali ke penginapan yang hanya terletak 25 meter dari situ. Kebetulan, pas Deven dan Ranz menuju ke Kura-Kura Ocean Park. So? Kami langsung bersama menuju lokasi penjualan tiket. Satu tiket untuk orang dewasa Rp. 18.000,00 untuk anak-anak Rp. 13.000,00. untuk kami berempat -- 3 dewasa 1 anak-anak -- kami membayar Rp. 67.000,00.

 

Itu sekitar jam 3 sore. Kami berencana berangkat ke pantai Bandengan sekitar pukul 4 sore. Ranz khawatir jika kami terlalu asyik di Ocean Park, rencana ke pantai Bandengan bakal keteter. O tentu tidaaak! Aku yang sangat ingin ke pantai Bandengan kok, ingin main di pantai berpasir putih! Karena kami buru-buru, kami tidak lama-lama memutari Ocean Park, ini pun hanya di lantai 1. kami tidak menyempatkan diri ke lantai 2.

 

Keluar dari Ocean Park, ternyata Ranz tergoda untuk naik sepeda motor 'trail' ukuran anak-anak. Harga sewanya Rp. 25.000,00 'sebosannya'. Ho ho …

 

Kami sudah balik ke penginapan sekitar pukul 15.45. aku menyempatkan mandi terlebih dahulu karena tubuh rasanya lengket berhubung keringatan: hawa panas sekali! Sementara itu, Angie diajak si penjaga homestay untuk 'menjemput' sepeda motor yang satu lagi di pantai Bandengan! Beberapa hari sebelum kami ke Jepara, aku sudah bertanya-tanya tentang sewa motor ini. Si penjaga menyanggupi menyediakan 2 sepeda motor untuk kami sewa sejak jam 4 sore sampai jam 9 malam dengan biaya sewa Rp. 100.000,00.

 



 

Jam 16.15 kami sudah meluncur menuju Pantai Bandengan. Aku memboncengkan Deven, Angie memboncengkan Ranz. Menurut google map, Pantai Bandengan terletak sekitar 4 kilometer dari Pantai Kartini. Untuk mengetahui jaraknya, aku menyalakan strava. Ternyata strava menunjukkan angka 6,7 kilometer dari homestay Kota Baru Pantai Kartini, sampai di ujung paling Barat Pantai Bandengan. Keinginan memotret sunset di ujung Barat pantai mengalahkan keinginan main-main di area pasir putih. Haha … ya sudah, gapapa. And we were blessed! Sunset sore itu sangat sempurna! Kami bisa memandang matahari yang utuh bundar perlahan-lahan turun di balik Bumi belahan Barat.

 

FYI, untuk masuk Pantai Bandengan, kami diminta membayar Rp. 30.000,00, Deven yang masih anak-anak dianggap 'invisible'; ini kata Angie. Haha …

 

Kami meninggalkan Pantai Bandengan jam 18.00. Kami langsung menuju arah alun-alun, tempat aku dan Ranz 'biasa' makan malam dengan bumbu ikan bakar srepeh. Karena Angie tidak suka ikan bakar, kami pesan 1 ikan untuk dibakar dengan bumbu srepeh, 1 ikan goreng, dan 1 udang asam manis buat Deven. Untuk minum, kami ambil 2 botol air mineral 600ml, dan 1 gelas es teh untuk Deven. Plus 2 porsi nasi, kami membayar Rp. 307.000,00. duh, jebule larang rek! Awokawokawok …

 

Setelah selesai makan malam, kami langsung menuju penginapan. Ini sekitar pukul delapan malam.

 

Malam itu, aku ga mandi lagi, karena sore sudah mandi sebelum berangkat ke Pantai Bandengan, Angie mandi. Demikian juga dengan Ranz dan Deven. Sebelum tidur, aku mengajak Ranz jalan-jalan ke 'ujung' area Pantai Kartini, yang selama ini belum pernah kami 'injak'. Perasaan dulu itu setelah Kura-kura Ocean Park, tidak ada apa-apa lagi ke arah 'sana'. Sekarang banyak warung makan. Kebetulan di halaman Kura-kura Ocean Park, ada rombongan orang yang sedang latihan menari dengan iringan lagu 'Sajojo'. Dan, masih banyak anak-anak yang 'beredar' yang keliling-keliling dengan naik 'trail' maupun 'scooter' di kawasan itu.

 

Sebelum jam setengah sepuluh, kami balik ke penginapan.

 

To be continued.

 

Friday, August 16, 2024

Lagi-lagi, Jilbab!

 


Sudah cukup lama saya tidak 'tergoda' untuk menulis hal ini. Anggap saja saya sudah pasrah, lol, biarlah Indonesia mau menjadi apa.

 

Saat pertama kali saya melihat foto anggota paskibraka 2024 yang beredar luas di media sosial, saya langsung tertarik karena tak terlihat satu pun anggota perempuan yang mengenakan penutup kepala. Wahhh, apakah karena upacara 17 Agustus tahun 2024 ini diselenggarakan di IKN = Ibu Kota NUSANTARA? Kalau NUSANTARA ya selayaknya tampil khas Nusantara dong, tanpa penutup kepala.

 

Sungguh saya (tidak) sangka jika kemudian foto yang beredar luas itu bakal memantik polemik berkepanjangan di tengah masyarakat konoha, eh, Indonistan, eh, Indonesia (?). Muncul petisi-petisi blablabla … Jujurly, saya berharap, yang menentukan peraturan bahwa anggota paskibraka Nasional tidak ada yang mengenakan atribut khas satu agama tetap keukeuh dengan peraturan itu. Dan ketika akhirnya BPIP menarik peraturan itu, saya kecewa mengetahuinya, meski saya bisa meramalkan bahwa itu pasti akan terjadi.

 

Honestly, kalau begini, saya jadi kangen masa lalu (sebelum RUU APP disahkan) di mana tidak ada sesama perempuan yang menstigma perempuan lain hanya gegara tidak mengenakan atribut keagamaan. Di mana di dalam kelas, dengan mudah saya bisa membedakan yang mana yang bernama Nafisah, Mita, Pitaloka, bla bla bla karena kepala mereka tidak ditutupi.

 

PT56 10.18 16/08/2024

 

yang barangkali tertarik membaca tulisan-tulisanku tentang jilbab, bisa klik link ini

Wednesday, August 07, 2024

Terlalu Cinta

 


 

 

Jangan dekat atau jangan datang kepadaku lagi
Aku semakin tersiksa karena tak memilikimu
Kucoba jalani hari dengan pengganti dirimu

Tapi hatiku selalu berpihak lagi padamu
Mengapa semua ini terjadi kepadaku

Tuhan maafkan diri ini
Yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya
Namun apalah daya ini
Bila ternyata sesungguhnya
Aku terlalu cinta dia

Tapi hatiku selalu berpihak lagi padamu
Mengapa semua ini terjadi kepadaku

Tuhan maafkan diri ini
Yang tak pernah bisa
Menjauh dari angan tentangnya
Namun apalah daya ini
Bila ternyata sesungguhnya
Aku terlalu cinta dia

Mengapa semua ini terjadi kepadaku
Tuhan maafkan diri ini
Yang tak pernah bisa
Menjauh dari angan tentangnya
Namun apalah daya ini
Bila ternyata sesungguhnya
Aku terlalu cinta dia
Aku terlalu cinta dia

Sunday 4 August 2024: one hectic day!

 



Dari Pasar Jongke ke Taman Balekambang lanjut ke Waduk Cengklik

 

Hari Minggu 4 Agustus 2024, aku berada di Solo. (Berangkat malam sebelumnya, setelah selesai mengajar jam 18.00. I took Sabi** travel at 19.00)

 

Mumpung sudah cukup lama aku tidak meminta Ranz untuk menemaniku sarapan soto Hj. Fatimah, pagi itu aku 'merengek' untuk sarapan ke sana, lol. Well, semula aku mau mengajaknya sepedaan ke CFD, lalu sarapan nasi liwet somewhere there, tapi ternyata Ranz molor bangunnya. Aku ikutan molor lah. Lol.

 

Kami ke Jl. Bhayangkara naik motor, Ranz males kuajak ke sana naik sepeda. Jian bocah siji iki saiki angel men dijak ngepit. Pulang dari sarapan soto, mengembalikan motor ke rumah, Ranz langsung menawariku untuk jalan ke Pasar Jongke yang baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Wah, tentu aku mau!

 

The 'New' Pasar Jongke memiliki 3 lantai, sayangnya tidak ada eskalator di sini. (Shhht, Pasar Bulu Semarang saja ada eskalator loh!) 'Untung'nya selain tangga, juga disediakan 'jalan miring' untuk naik maupun turun, jadi ga perlu naik-naik tangga. Dan karena masih baru, banyak anak-anak yang bermain di area jalan miring ini. Disain bangunannya sedemikan rupa sehingga angin mudah bergerak ke sana kemari sehingga suasana tidak terlalu sumuk meski tidak ada kipas angin.

 

Aku kurang memperhatikan di lantai 1 ada kios apa saja, lantai 2 ada kios apa saja, demikian juga di lantai 3. yang kuingat, di lantai 3 ada food court tempat orang-orang mau makan. Yang lumayan membantu bagi pedagang yang mendapatkan kios di lantai atas, ada area parkir mobil sampai ke lantai 3. tidak hanya untuk pedagang sih ya ini, tapi juga untuk pengunjung yang ingin langsung menuju lantai 3.

 

Aku sendiri sebagai seseorang yang lebih suka belanja di pasar 'krempyeng', yang tidak besar, namun aku bisa mendapatkan semua yang kubutuhkan, Pasar Jongke seperti ini bagiku hanya cocok untuk mereka yang punya waktu luang sekaligus butuh jalan-jalan di hari libur. Tapi, tentu saja, aku sangat mengapresiasi ide Gibran RR untuk merenovasi Pasar Jongke. Minimal orang-orang yang tinggal di sekitar Jongke menjadi bangga, ada sesuatu yang akan memperkenalkan nama Jongke ke seluruh Nusantara. Ranz yang di awal ide renovasi pasar bergulir sempat bersungut-sungut, karena dia khawatir nasib para pedagang di kedepannya bakal dapat kios untuk berjualan for free/minimal fare. Sekarang? Ranz bangga banget lah. 😊

 

Dari Pasar Jongke, aku mengajak Ranz menengok Taman Balekambang. Aku membaca berita di portal online bahwa Taman Balekambang masih tetap akan dibuka untuk umum for free pada tanggal 3-4 Agustus 2024. Kali ini kami juga naik motor ke sana, our very first experience to visit Taman Balekambang by motorcycle, biasanya ngepit. Well??? Ranz ogah capek katanya, wkwkwkwk. Ya wis lah manut wae.

 

Sesampai sana, wuiiiiih, jalan menuju Taman Balekambang sudah penuh sesak sepeda motor yang parkir. Orang-orang lalu lalang banyak sekali. Setelah mendapatkan tempat parkir yang bisa dikatakan lumayan jauh dari pintu masuk Taman, kami berjalan kaki.

 


 

Aku tidak berkomentar apa pun tentang hasil renovasi Taman Balekambang yang habis 170 milyar rupiah. Ranz mengeluh je katanya Taman Balekambang tidak lagi nampak seperti 'hutan kota' karena banyak pohon besar yang ditebang. Aku sendiri sebagai penduduk Semarang, aku akan sangat senang sekali jika Semarang memiliki taman seperti ini. One thing to note down: jika di Taman Balekambang lama, kita dengan mudah menemukan bangku-bangku yang bisa dipakai orang-orang untuk nongkrong, ngobrol bersama keluarga, sahabat maupun siapa pun yang mereka temui di sana, kali ini tidak ada bangku-bangku yang akan membuat orang nongkrong lama. Meskipun begitu, di area yang dekat Taman Air Partini, banyak orang-orang duduk lesehan. Kebetulan area itu dilapisi oleh kayu dan memang terlindung dari sinar matahari karena pohon-pohon yang besar di sekitarnya.

 


 

Pulang dari Taman Balekambang, kami istirahat sebentar. Pukul 16.10 kami menuju Waduk Cengklik; Ranz ingin memotret view sunset. Jika sebulan yang lalu kami kesini berlima dengan Deven, mbak Niken dan Rama, kali ini kami hanya berdua saja: naik motor lagi. Hihihi …

 

Pukul 19.00 kami sudah balik dari Waduk Cengklik. Pukul 20.00 aku sudah berada dalam travel, otw kembali ke Semarang.

 

Next time dolan lagiii.

 

MS48 14.00 07 August 2024

 

dijepret dari Aman** Cafe yang terletak di sebelah Timur Waduk Cengklik