taken from this link |
Mungkin saya bisa
dikategorikan orang lawas yang sulit menerima hal-hal baru, terutama jika
berhubungan dengan satu hal ini : shopping online.
Delapan tahun yang
lalu -- awal 2011 -- saya ikut satu lomba iseng menulis surat cinta di satu
media sosial. Pemenangnya mendapatkan hadiah dari penyelenggara, yang kebetulan
memiliki barang dagangan yang dia jajakan di media tersebut. Kebetulan saya merupakan
salah satu pemenang, sehingga dikirimi satu barang -- tas -- yang lucu. Entah
mengapa hal ini membuat saya merasa 'berhutang' sehingga merasa perlu membalas
kebaikan ini dengan membeli satu barang dagangannya. Kalau tidak salah ingat,
saya membeli sebuah cardigan.
Selang beberapa hari
kemudian, cardigan itu sampai ke alamat saya. Ternyata, oh, ternyata, saya
kurang sreg dengan bahannya, plus setelah saya coba pakai, saya merasa kurang
cocok.
Semenjak saat itu,
saya berpikir saya lebih cocok beli barang-barang langsung, bisa langsung saya
pegang, bisa langsung saya coba (misal baju atau sepatu). Saya tidak keberatan
meluangkan waktu untuk pergi berbelanja ke supermarket atau department store jika
saya memang butuh sesuatu. Itu sebab saya tidak pernah install aplikasi belanja
online di hape saya.
Namun ternyata
semakin kesini justru nampaknya belanja online kian banyak peminatnya ya.
Mungkin memang sudah zamannya orang-orang beralih dari yang offline ke online.
Bahkan mulai terdengar kabar-kabar toko offline yang tutup karena jumlah
pembeli menurun drastis. Jika saya kurang sreg membeli barang online, soulmate
saya justru sangat getol window shopping online. Bisa berjam-jam dia mantengin
lapak-lapak online itu. Pernah bermasalah dengan beberapa penjual online tidak
menyurutkan pilihannya untuk terus belanja online. Dan seiring waktu berjalan
ternyata kadang saya menemukan beberapa barang yang saya butuh beli online,
misal tas sepeda lipat, atau buku TOEFL. So far sih, saya ga ada masalah untuk
beli online, meski saya tidak pernah install aplikasi belanja online. :D saya
bisa minta tolong soul mate saya, atau anak saya untuk memesankannya.
Tulisan ini saya
tulis bersamaan dengan geger orang-orang uninstall bukalapak karena konon sang
CEO salah memilih diksi yang ramah saat ngetweet. Saya ga perlu uninstall
karena hape saya bersih dari aplikasi seperti itu. Hehehe … Soul mate saya yang
hobi belanja online, dan beberapa kali komplain tentang BL, nampaknya adem ayem
saja. Tapi, seandainya dia sampai ikutan uninstall BL di hapenya, itu bukan
karena ternyata konon sang CEO BL kampreter, melainkan karena servis BL yang
kian kesini kian memburuk, dan BL kian kapitalis.
LG 09.29 15 Feb 2019
No comments:
Post a Comment