Waktu berkunjung ke Prambanan tahun lalu (kisahnya bisa dibaca di sini), aku dan Ranz berangkat naik KRL. Pulangnya karena ogah jika harus berdiri lagi jika naik KRL, Ranz mengajakku naik bus. Namun, ternyata, beberapa bus yang lewat di perempatan dekat kawasan Candi Prambanan itu tak ada yang mau berhenti ketika kami melambaikan tangan. Karena aku tidak mau kemalaman sampai Solo, (meski kami berdua sampai Solo akhirnya ya pukul tujuh malam lebih, lol) aku memutuskan untuk naik taksi online.
Yang menarik ditulis di sini adalah ketika si sopir taksi online 'ngechat' aku di aplikasi taksi online itu menggunakan Bahasa Inggris, "where are you waiting?" aku jawab, "near the traffic light." dia bertanya lagi dimana letak tepatnya aku menunggu. Well, jika kutilik dari grammarnya, (hoho, maklum I am an English teacher) orang ini hanya sekedar bisa berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dengan paspasan.
Aku heran, apa yang trigger dia ngechat dalam Bahasa Inggris? Apa dia sering mendapat klien orang luar negeri tatkala berada di sekitar Candi Prambanan ya?
Saat mobil datang, aku dan Ranz masuk dan duduk di jok belakang. Sopir masih menyapa dalam Bahasa Inggris, "You wanna go to Solo?" aku jawab pendek, "yes."
Beberapa saat kemudian, aku lihat sopir melihat ke jok belakang melalui kaca spion yang berada di atas kepalanya, "Miss, do you speak Bahasa?"
Aku rasanya pengen tertawa, tapi aku tahan. Dan kujawab, "nggih saged, kula tiyang Jawi." jawabku.
Sopir, "Oh, saya kira orang luar."
Aku ngikik dalam hati.
*********
Kisah ini tidak aku tulis di post aku dolan ke Prambanan karena kupikir it is not worth noting down. Aku mendadak ingat kisah ini ketika membaca satu thread di aplikasi thread, si TS menulis kisahnya yang sok kemringgis (dia menulis begini loh) ketika ditelpon temannya, dan posisinya dalam bus. Dia langsung gelagepan ketika orang yang duduk di dekatnya kemudian menyapanya, "where are you from, sir?"
Dan saat menulis ini aku ingat saat awal-awal aku kenal Abang -- one very good friend of mine living in NZ. Satu kali saat menelpon, dia bertanya aku mau berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Aku memilih bicara Bahasa Inggris. (sok ye. Lol.) namun ketika dia mendengar logatku berbicara English yang kental dengan logat Jawa, lol, dia bilang, "Na, pakai Bahasa Indonesia sajalah." wkwkwkwkwk … logat bicaranya a la orang Jakarta, meski waktu itu dia sudah sekitar 5 tahun tinggal di NZ. so, I don't mind at all speaking Bahasa Indonesia with him.
Di saat lain, aku ditelpon mbak Omie -- yang aku kenal via satu milis, milis yang sama dimana aku kenal Abang -- saat aku berada di kolam renang Paradise Club. I finished swimming at that time, dan aku hanya nongkrong di satu gazebo yang ada. Mbak Omie mengajak berbicara Bahasa Indonesia, namun karena logatnya American banget -- saat itu dia mengaku sudah tinggal di Amerika selama lebih dari 20 tahun -- aku entah mengapa merasa tidak pas jika menggunakan Bahasa Indonesia, lol. So? I switched into English. FYI, mbak Omie speaks English with strong American accent, but her grammar is not good for sure. Mine is much better than hers, lol.
Selesai ngobrol dengan mbak Omie via telpon, seseorang yang duduk di gazebo lain -- dekat dengan gazebo tempat aku duduk -- menyapaku, "Mbak, Bahasa Inggrismu bagus banget. Pernah tinggal di LN?"
Wkwkwkwkwk …
PT56 11.34 06 March 2025
No comments:
Post a Comment