Search

Tuesday, August 23, 2016

FIRST IMPRESSION

How accurate is your first impression on someone?

Ini adalah satu topik yang kubahas di satu kelas di tempat aku mengajar. Well, seperti banyak 'proverb' yang ada -- misal "Never judge a book by its cover" atau "Don't judge a horse by its saddle" tentu kita tahu bahwa sering kali kita menarik kesan yang salah pada seseorang di pertemuan pertama.

Anak-anak memberi contoh pertemuan pertama mereka dengan teman-teman sekelas, setelah naik kelas dan memasuki kelas baru, dengan classmates baru. Kebanyakan dari mereka menyebutkan hal-hal yang mirip. Mereka kira teman-teman baru mereka adalah siswa-siswa yang rajin, serius belajar, dan egois (misal, ga mau berbagi waktu mengerjakan pe-er, dll) Namun setelah beberapa minggu berlalu, ternyata teman-teman baru mereka ya tidak jauh beda dari teman-teman di kelas lama. Kadang rajin, kadang malas, kadang serius belajar, kadang fun, dan ... kebanyakan tidak egois berbagi mengerjakan tugas. :)

gambar diambil dari sini

(FYI, kebetulan hari itu, semua siswa yang masuk bersekolah di sekolah yang sama, the most favorite high school di Semarang. #nomention. LOL.)

Tak lama setelah membahas tentang first impression ini, mendadak aku mendapatkan first impression dari seorang penjual jus. :)

Sudah beberapa bulan terakhir -- mungkin sudah hampir satu tahun -- aku berlangganan beli jus di satu kios kecil yang khusus berjualan aneka jus di satu jalan yang tak jauh dari Pasar Bulu Semarang. Mungkin saking seringnya aku mampir di situ (sekitar 3-4 kali seminggu), si penjual menghafal wajahku. Atau mungkin karena aku kadang mampir naik sepeda ya? :)

Seminggu yang lalu, si mbak penjual jus itu mendadak menyatakan first impression-nya padaku. "Ibu hidupnya bahagia ya?"

Aku kaget mendengarnya. Owh, ternyata, tanpa kusadari wajahku menampilkan wajah bahagia ya setiap kali aku mampir ke situ? Sebenarnya, aku ingin mengatakan, "Urip iku sawang sinawang Mbak ..." Namun, entah mengapa, aku tidak jadi mengatakannya. Sebagai ganti, aku mengatakan, "Hidup ini harus dinikmati Mbak ... apa pun adanya ... maka kita akan bahagia." Kemudian aku tertawa; entah apa yang membuatku tertawa. LOL.

Nah, melihatku tertawa, seolah dia mendapatkan pembenaran atas pernyataannya bahwa hidupku bahagia. LOL. "Nah kaaan ... hidup Ibu bahagia kan?" katanya. Aku pun melanjutkan tertawaku sambil mengangguk-angguk.

Jika memang kesan yang aku tampilkan pada orang-orang di sekitar bahwa aku adalah orang yang hidupnya bahagia, dan itu berimbas pada mereka, let it be that way. :)

Tapi, aku tidak akan pernah lupa beberapa tahun yang lalu, seorang siswaku pernah berkata padaku, "When you are serious, you look so scary!" LOL.

Nah lo. LOL.

IB180 20.29 23.06.2016

No comments: