"Beauty is in the eye of the beholder"
Kecantikan itu tergantung di mata yang memandangnya.
Ini adalah satu ungkapan yang sudah sangat lazim didengar. Ada benarnya karena
selera kecantikan satu orang tidak sama dengan selera orang lain. Bisa jadi ada
'syarat-syarat' tertentu yang sifatnya umum, namun tetaplah, kita tidak bisa
menyamaratakan selera orang.
Beberapa minggu terakhir, frankly speaking, aku kembali
stalking akun seseorang yang pernah ehem-ehem denganku sebelas tahun lalu.
(Gosh! sebelas tahun! how fast time flies!) Dia punya yayang baru setelah
bercerai dengan istrinya. Sejak pertama kali melihatnya aku tidak menganggapnya
cantik, biasa saja. Kulitnya berwarna terang dengan mata (sedikit) sipit. Entah
mengapa banyak orang yang selalu berkomentar di foto-foto dirinya yang
kebetulan dia set public "kamu cantik sekali." Apa karena di
Indonesia orang-orang terobsesi dengan warna kulit terang yang di iklan-iklan
dianggap representasi kecantikan ya?
Aku tidak cemburu. Sama sekali tidak. Yang telah lama
berlalu biarlah berlalu.
Nevertheless, setiap kali stalking, setiap kali
melihat foto perempuan itu, yang nampak jelas dijepret dengan gaya jaim (hohohohoho
...) aku selalu masih heran, di sebelah mana ya cantiknya perempuan ini?
qiqiqiqiqi ...
Padahal kata anakku si lelaki ini juga biasa-biasa
saja, padahal menurutku dia super gorgeous, yang dulu pernah membuatku selalu
ngiler kalau mengenang moment-moment kebersamaan kita. (Ihiiir ...) Namun,
meski dia gorgeous di mataku, dia hanya pantas untuk diajak ngedate, bukan
untuk dijadikan soul mate. Aku ga yakin apakah kita bakal nyambung soalnya.
Wkwkwkwkwk ...
Meanwhile ...
Beberapa minggu terakhir ini aku kembali addicted
menonton serial Sex and the City. Kebetulan Ranz mendownload-kan season 1 semua
episode. Waktu menonton episode "Models and Mortals" dimana Carrie
melakukan riset tentang "modelizers" (yang kata Carrie satu tingkatan
lebih tinggi dibanding "womenizers") Carrie nampak sedikit kecewa
waktu tahu Big ngedate dengan seorang model berkulit legam, di salah satu
fashion show. (Season 1 ini Carrie dan Big baru saja kenalan, Carrie terlihat
mulai naksir Big, sementara Big masih terlihat abu-abu.)
Namun kekecewaan Carrie langsung sirna waktu beberapa
hari kemudian mereka bertemu di satu sudut cafe, dimana Big mampir sejenak
hanya untuk mengatakan,
"There are
many goddamn gorgeous women out there in this city. But the thing is this:
after a while, you just wanna stay with the one who can make you laugh."
Episode satu ini menampilkan empat sekawan yang tidak
pede jika berhadapan dengan model. Charlotte yang selalu mengeluh pahanya tidak
seksi jika memandang model di majalah-majalah, Miranda yang merasa tubuhnya
terlalu 'tebal' jika dibandingkan para model yang tubuhnya tipis. Carrie merasa
tidak secantik para model, hanya Samantha yang merasa pede karena merasa
secantik model plus nilai positifnya adalah dia cerdas dan punya pekerjaan yang
menunjukkan bahwa dia bekerja dengan cerdas, tidak hanya mengandalkan
lenggak-lenggok tubuhnya.
(Note: ada tuduhan tak langsung bahwa para model itu
tidak cerdas. well, kalau pun mereka punya 'brains' mereka ga perlu memakainya
ketika bekerja. LOL.)
Kembali ke beauty yang "in the eye of the
beholder".
Aku tidak merasa jelek-jelek amat. LOL. Namun telah
lama aku meninggalkan majalah-majalah yang mengumbar model-model cantik, juga
meninggalkan televisi yang iklan-iklannya dipenuhi model-model berkulit putih
mulus bertubuh langsing (meski ga setipis papan) bukan karena tidak pede.
Karena eman-eman duit untuk membeli majalah dan ogah nongkrong di depan
televisi. Plus karena beberapa tahun lalu, aku merasa terintimidasi model-model
itu. LOL. Sekarang sih sudah engga lah.
#curhatbukandosa :p
LG 14.12 09/06/2015
No comments:
Post a Comment