SAKIT
Siapa pun
tentu setuju padaku bahwa tak seorang pun menginginkan sakit, baik sakit ringan
maupun sakit berat. Sakit yang bagi beberapa orang tertentu membuat kita harus
ke dokter karena sekedar istirahat saja tidak cukup. Sakit yang pada tingkatan
tertentu membuat kita nelangsa “kok sakit?” sakit yang sebenarnya manusiawi
namanya juga manusia hidup. Ya toh?
Kalau
masalah pusing atau kepala sakit atau tiba-tiba suara menghilang tanpa sebab
yang jelas – padahal jenis profesiku kan sering mengharuskanku bicara banyak –
aku cukup sering mengalaminya. Namun pusing yang sangat pusing ditambah kepala
sakit yang sakitnya seperti kepala dipukul palu kemudian batuk yang tak
berkesudahan – untunglah minus ‘meler’ – barusan kurasakan selama satu minggu
terakhir ini. (Sabtu 24 Maret sampai Sabtu 31 Maret.) You can guess rasanya ga
enak banget dah.
Kronologi
sakitnya begini.
Hari Jumat
23 Maret aku dan beberapa teman alumni SMP N 1 Semarang angkatan 1983 (alias
yang lulus SMP pada tahun 1983) menyambangi rumah salah satu teman alumni yang
berlokasi di Temanggung. Ada sekitar 6 – 7 mobil yang berangkat hampir
berbarengan kesana. Kebetulan aku yang ditemani anak semata wayang – Angie –
ngikut di mobil Cicik Harini. Kita duduk di baris kedua, bersama Mulyono, teman
alumni juga. Aku duduk di tengah yang ‘kebetulan’ terkena semburan AC dari arah
depan. (Kupikir ini adalah salah satu trigger utama, meski tentu jika tubuhku
memang sedang fit semburan AC ga bakal begitu saja membuatku sakit.)
Pulang dari
Temanggung, di rumah ada acara pengajian dimana aku dan Angie biasa menjadi
seksi sibuk mengurusi snack dan minuman. Kebetulan penganan yang datang ada
gorengan yang membuatku tergoda. Aku pun makan separuh mendoan, separuhnya lagi
dimakan Angie. Sama sekali ga nyangka kalau separuh mendoan yang kumakan karena
tergoda itu adalah trigger berikutnya. Tanpa ampun tenggorokanku gatal sangat. L Sampai beberapa hari selanjutnya.
Hari Sabtu
pagi karena aku sudah janji mengajak Angie berenang (entah kapan terakhir kita
pergi berenang bareng), I was stuck to that promise. Pagi-pagi aku menyiapkan
diri pergi berenang. Kurang lebih jam enam pagi kita meninggalkan rumah menuju
kolam renang Royal Dome yang terletak di daerah pantai Marina.
Setelah
persiapan ini itu – beli tiket berenang, ke tempat ganti baju, ngobrol berdua
Angie sembari ngemil untuk sedikit mengisi perut – aku dan Angie nyemplung ke
kolam renang. Kita berenang kurang lebih selama satu jam.
Selesai
berenang, kita sauna sekitar setengah jam sambil ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon. :)
Selesai sauna, kita mandi. Untunglah di Royal Dome air di shower bisa kita stel seberapa hangat/dingin air yang kita inginkan.
Selesai
mandi kita masih nongkrong di tempat ganti itu untuk mengeringkan rambut. FYI,
Royal Dome bukan tempat yang biasanya ramai dikunjungi banyak orang maka kita
menempati tempat itu ya santai saja, seperti milik sendiri, meski ada satu dua
orang lain yang sedang mandi di ‘booth’ shower.
Tak lama
kemudian kita pulang. Otw home, Angie kutawarin apakah dia ingin sarapan dimana
begitu, dia memilih pulang. Ya sudah. Meanwhile, aku sendiri tidak merasa
begitu lapar, namun kepala mulai sangat amat pusing. Tenggorokan tetap gatal
seperti malam sebelumnya. Itu sebab sesampai di rumah, aku tidak segera sarapan
melainkan memilih langsung tiduran di tempat tidur. Kuharap dengan tidur barang
satu hingga dua jam kesehatanku akan pulih kembali.
But I was
wrong.
Tenggorokan
yang sakit sangat membuatku ingin batuk melulu dimana ketika batuk ini
dibarengi juga dengan hasrat ingin tumpah. It happened several times. ‘Tumpah’
ini akhirnya berhenti setelah kurang lebih menjelang pukul duabelas siang aku
memaksa diri makan untuk mengisi perut.
Ketika tidur
lagi setelah makan itu, aku mulai merasa suhu tubuhku menghangat. Setiap kali
batuk, kepala rasanya seperti dipukuli palu. Pada detik inilah aku mulai
berpikir bahwa sakit yang kuderita bukan lagi sakit biasa yang kadang kurasakan
namun sering kuabaikan dengan harapan olahraga akan memperkebal ke-immune-nan
tubuhku. Aku perlu ke dokter.
Malam aku
diantar Angie ke dokter Edo yang buka praktek di jalan Pusponjolo Barat.
Unfortunately dokter Edo sedang berhalangan datang. Gantinya ada seorang dokter
perempuan yang masih muda, berjilbab. Setelah menunggu kurang lebih 15 menit,
aku diperiksa. Si dokter perempuan muda ini bilang, “vertigonya kumat Bu.”
Vertigo
KUMAT? Weleh, aku belum pernah tahu aku kena vertigo, kok tiba-tiba dia
menggunakan kata ‘kumat’? Ga enak banget kan? L Untuk itu, si dokter memberiku enam
jenis obat, tiga jenis obat yang harus kuminum habis; tiga jenis lain
tergantung. Jika kepala muter, jika suhu tubuh masih hangat, plus jika masih
mual, maka aku disarankan meminum obatnya. Jika tidak lagi, ya tidak usah.
Aku selalu
berpikir bahwa tubuh manusia memiliki jenis antibody yang akan bekerja untuk
melindungi diri. Meski untuk itu tentu kita juga butuh istirahat ketika tubuh
memang butuh diistirahatkan. Obat ya kita perlukan juga, untuk menambah daya
tahan tubuh, terutama jika antibody tubuh kita menjadi kurang daya kerjanya.
Hari Minggu
(25 Maret) dan Senin (26 Maret) aku hampir full rest di tempat tidur melulu.
Turun hanya untuk makan dan minum obat.
Hari Selasa
(27 Maret) aku sudah bosan di tempat tidur melulu. Maka aku paksain diri
berangkat bekerja. I felt ‘stronger’ than the previous day. Di sekolah sendiri
jadual ngajarku kebetulan hanya 3 slots, so I wouldn’t be tired. Berangkat
sekolah aku diboncengin Angie. Meski aku mengenakan baju berlengan panjang dan
jaket, aku tetap merasa dingin. Ah ... memang kondisi tubuhku belum fit.
Nevertheless, aku merasa lebih sehat di sekolah ketimbang di rumah. Untunglah
sore kelas di LIA sudah selesai, alias aku libur.
Berhubung
aku merasa ‘cukup sehat’, sore pulang dari PBIS, aku mengajak Angie ke LIA,
payday! Dari Tendean, kita ke Kampung Nasi dengan rencana mau jajan sup jagung,
meski rada ga yakin juga karena kita tahunya KN tutup sekitar jam 15.00.
Sesampe disana, oh, ternyata benar KN sudah memperpanjang jam bukanya, sampe
malam. HOWEVER ... yang kita idam-idamkan untuk makan ternyata ga ada di menu.
Ternyata, menu yang dijual di sore-malam hari berbeda dengan menu yang dijual
pagi-siang hari. Mungkin pengelolanya berbeda, hanya mereka menggunakan tempat
yang sama. Apa boleh buat? L sebagai ganti, Angie pesan ‘ikan
gurame banjir’ dan nasi satu porsi. Yang penting pokoknya ada kuah banjirnya. :)
Pulang dari
KN, kita mampir ke ADA. Well, aku lupa mengapa kita perlu mampir ke ADA. Semula
sih memang kita masih berniat membeli sup jagung. But karena perut ga beneran
laper, kita ga jadi. Angie beli es krim sedangkan aku ga berani mencoba. Aku
beli 30 bungkus indo#### cappuccino karena terakhir belanja di ADA ga ada yang
eceran.
Sampe rumah
mungkin sekitar maghrib dan baru aku sadar betapa aku lelah. Aku lupa bahwa aku
belum begitu sembuh, sudah memaksa tubuh berlelah-lelah seperti ga sedang sakit
aja.
Rabu pagi
(28 Maret 2012), bangun tidur kepalaku muter banget. :( But mau ga masuk sekolah kok ga
enak. L Angie yang kebetulan masuk siang,
kuminta mengantarku ke sekolah sampe di depan gedung sekolah persis, sehingga
aku ga perlu menyeberang jalan raya sendiri. Baru masuk di office, Grace dan
Diyah menyapaku yang terlihat sangat pucat, “Pulang aja Miss, dari pada
kenapa-kenapa.” Waduw ... kok ga menghargai usahaku berangkat ke sekolah ya?
Hihihihi ...
I survived
that day meski tetap dengan kepala pusing dan batuk yang ga hilang-hilang juga.
Pulang dari sekolah, langsung pulang ke rumah. Langsung tiduran di tempat
tidur. Meanwhile, suhu tubuh Angie pun menghangat. Waduuuuhhh ... lha kok kita
berdua sama-sama sakit?
In fact, I
could not fall asleep. Angie sakit, aku juga. Di rumah seingatku ga ada makanan
yang enak buat dimakan orang sakit. Rencana habis maghrib bakal ke dokter lagi,
entar pulang dari dokter, sebelum minum obat kita berdua mau makan apa. Pikiran
ini membuatku memaksa diri ke ADA membeli sup jagung. Benar-benar memaksa diri.
Sesampe di ADA kepalaku muter bener-bener. :( hanya sempat beli sup jagung dan
roti tawar plus meses. Mau beli buah udah ga tahan menahan pusingnya kepala.
Sekitar pukul
18.30 aku dan Angie ke dokter. Ketemu dokter Edo yang nampak gusar ketika aku
menjawab aku sudah menghabiskan obat yang kudapatkan dari dokter Nonik hari
Sabtu sebelumnya dan aku belum juga sembuh. My being ignorant ketika ke dokter:
tidak pernah bertanya aku – maupun Angie – sakit apa karena aku pikir jika
penyakitku ‘serius’ tentu dokter akan bilang kita sakit apa. Misal beberapa
tahun lalu waktu Angie kena typhoid. Kalau dokter ga bilang apa-apa, ya ...
kupikir paling aku hanya terkena flu biasa, demam biasa atau pun batuk biasa.
Pulang dari
dokter Edo, kita makan sup jagung dan minum obat. Setelah itu aku langsung
beristirahat. Angie ternyata langsung merasa tubuhnya baik-baik saja. Suhu
tubuhnya yang sempat menghangat sorenya langsung turun setelah minum obat malam
itu.
Kamis (29
Maret 2012) aku masuk sekolah, Angie pun ke kampus. Aku menyeberang jalan
sendiri. Menurut jadual aku mengajar hanya 4 slots, but aku diminta
menggantikan Inri yang harus ke Diknas jam 07.30-09.00. Langsung merasa cape dan
pusing. Itu sebab sorenya seharusnya aku ada kelas di UNTAG, kuliburkan karena
pusing itu. Pulang dari sekolah aku langsung tidur sampe jam 6 sore. Bangun,
makan malam, minum obat, balik ke tempat tidur lagi. :)
Jumat (30
Maret 2012): my most hectic day ever. And in fact, the school was chaotic too.
Inri, Maya, dan Grace harus ke Diknas, yang lain harus begini begitu. Hingga
aku yang menurut jadual mengajar 8 slots out of 9, sampe ga ada jadual fee at
all. Luckily it was the last day of term 3. I didn’t give any new material to
the students. Di kelas 11, aku hanya menunggu Toni dan Kevin mengerjakan missed
works mereka. Kelas 6 yang biasanya ribut entah mengapa kok anak-anak anteng. J di kelas 7 we had lively chat about
‘dual ethnic group in a marriage’ yang nantinya akan mengantar kita membaca
cerpen “The Wavering Image”. Kelas 12, biasa, selalu anteng. :)
Pulang dari
sekolah, aku langsung tidur sampe jam 6 sore. Kupikir ga ada pengajian di
rumah, ternyata ada. But I was ok, menata snack dan minuman, kemudian mencuci
gelas dan piring.
Sabtu (31
Maret 2012), aku di rumah saja, istirahat. Mostly hanya tiduran di tempat
tidur, makan, minum obat, sempet nonton film “eat, pray, love” setelah makan
siang. Setelah itu tidur lagi. Sabtu malam aku dan Angie minum obat terakhir
kita. :)
Minggu (1
April 2012), bangun tidur aku merasa lumayan sehat dan bakal kuat mencuci
pakaian kotor. Ya sudah, aku mencuci pakaian kotor, kemudian mandi pake air
dingin (setelah seminggu aku selalu mandi pake air hangat). Kemudian memasak mie
goreng dan nggoreng telur untuk sarapan berdua Angie. Sekitar pukul 10.30 aku
membawa motor ke bengkel, perlu diservis, ganti oli dan ganti kampas rem
belakang. Sementara menunggu motor diservis, aku ke salon, facial. :)
Pulang dari
bengkel, aku sempat tidur sejenak. Bangun jam 14.00, hujan deras, aku dan Angie
kelaparan. Akhirnya kita ke warung pecel, beli petis kangkung satu porsi
dimakan berdua, lontong opor dimakan berdua, juga seporsi kolak santen plus
bubur ketelah dimakan berdua.
Well,
demikian catatan aku sakit selama kurang lebih satu minggu.
PT56 07.52
030412
1 comment:
'untung' belum ada covid 19. andai sudah ada, pasti aku mencurigai diri sendiri kena virus covid. ha ha
PT56 10.55 02 January 2025
Post a Comment