Search

Thursday, March 06, 2025

New government, new hope

 


Honestly speaking, aku ga melek-melek amat tentang politik. Namun, aku adalah warga negara yang tidak suka ribet, lol.

 

Saat pak Jokowi menang pilpres periode pertama tahun 2014, harapanku melambung tinggi bahwa pemerintahan baru (saat itu) akan membawa kebaruan yang akan membuat segala sesuatunya lebih mudah, birokrasi tidak  ribet, dan pungli-pungli itu dihilangkan.

 

It came true! Pengurusan segala sesuatu yang membuatku kudu ke kantor kelurahan / kecamatan waktu itu terasa jauh lebih praktis, tidak ada pungli-pungli yang tidak perlu. Sayangnya satu hal: orang-orang yang sok ahli surga masih mendapat tempat untuk menistakan sesamanya hanya karena, let's say, seseorang tidak mengenakan jilbab. Atau yang jauh lebih parah: orang-orang non Muslim masih tetap mendapatkan kesulitan untuk apakah itu membangun gereja / sinagog atau sejenisnya itu, bahkan berita persekusi pada mereka yang melakukan ibadah agamanya di rumah pun tetap bisa kita temukan.

 

Aku yakin pak Jokowi orang baik, sebagai presiden, tentu beliau ingin memperbaiki sistem maupun kehidupan yang belum baik di negara kita sehingga seluruh rakyat Indonesia bisa nyaman tinggal di negara sendiri. Ketika hal ini belum tercapai secara penuh, aku paham: mengelola sebuah pemerintahan tidak bisa seperti main sulap. 'Kerusakan' kehidupan bernegara yang (konon) disebabkan oleh orang-orang politik di negara kita ini sudan sedemikian parah, sehingga impossible bagi seorang Pak Joko Widodo untuk memperbaiki segalanya hanya dalam waktu 2 periode pemerintahannya.

 

Menjelang pilpres tahun 2023 ketika pak Jokowi menunjukkan pilihannya untuk mendukung Pak Prabowo -- aku lebih memilih mempercayai orang-orang yang berada di sisi Pak Jokowi dan Pak Prabowo ketimbang yang ada di capres 03 (apalagi 01) -- bahwa negara Indonesia akan lebih baik jika pilpres dimenangkan oleh capres 02. Sinergi yang bagus antara pemerintahan pak Jokowi dan pemerintahan berikutnya (karena pak Jokowi dan pak Prabowo itu 'bestie') akan menghasilkan kebaikan, karena apa yang telah dilakukan oleh pak Jokowi dalam 2 periode pemerintahannya, akan dilanjutkan oleh pak Prabowo.

 

Ini jika dibandingkan dengan perpindahan pemerintahan dari pak SBY ke pak Jokowi yang tidak semulus di tahun 2024, usaha pak Jokowi untuk memulai pemerintahannya tentu terasa lebih berat ketimbang saat pak Prabowo mulai memerintah.

 

Coba bayangkan jika yang menang capres 01 -- yang dikenal (well, at least inilah hasil 'bacaanku' dari apa yang ditulis di media) selalu kontra dengan pemerintahan sebelumnya, sesaat setelah perpindahan kekuasaan pada tanggal 20 Oktober 2024, tentu Indonesia akan dibawa untuk kembali ke titik 0 dengan slogan yang dipakai oleh capres 01: "perubahan". What a waste!

 

Atau coba bayangkan jika yang menang capres 03, yang selama kampanye tidak jelas programnya selain fokus ke menjelek-jelekkan pak Jokowi karena pak Jokowi tidak (jadi) mendukung capres 03.

 

*****

 

Inilah mengapa aku optimis memandang Indonesia di masa depan. Ini yang aku tulis di kolom komentar saat seorang kawan facebook menulis keyakinannya pada pemerintahan Prabowo - Gibran. Tidak lama setelah itu, seorang 'kawan' facebook lain menyindir, "optimis ya boleh-boleh saja. Tapi masak disuruh nyemplung jurang kamu mau?"

 

Wkwkwkwkwk … lha memangnya kapan pak Prabowo menyuruh rakyatnya nyemplung jurang?

 

Honestly, aku memang bukan pendukung pak Prabowo di pilpres tahun 2014 dan 2019, karena melihat orang-orang yang ada di belakangnya. Di pilpres 2024, aku pede memilih Prabowo - Gibran karena melihat orang-orang yang berada di belakangnya. Aku melihat keseriusan pak Prabowo untuk membenahi Indonesia, mengingat beliau sudah sangat ingin menjadi presiden / wakil presiden sejak tahun 2009. He must have had something important that he wanna do to improve Indonesia.

 

"Kamu jangan naif begitu, percaya bahwa politisi itu orang yang bisa dipercaya. Politik itu tidak sebersih yang kamu bayangkan. Para politisi hanya memikirkan periuk mereka sendiri! Bukan untuk rakyat! Trust me!" demikian kata a loved one of mine.

 

Well, jika Ethiopia bisa bangkit dari kemiskinan, mengapa kita tidak percaya bahwa Indonesia pun mampu? Siapa yang akan membawa Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi? Ya pemerintahan yang legal memerintah negara kita tentu saja! Who else do you think?

 

*****

 

Setelah 'sedikit' mengamati apa-apa yang terjadi di beberapa bulan terakhir ini -- ditambah melihat keoptimisan pak Jokowi atas kepemimpinan pak Prabowo sebagai presiden berikutnya -- aku baru sadar bahwa di zamannya, pak Jokowi tidak mudah memberantas korupsi karena orang-orang kotor yang ada di sekitarnya, yang tidak mau RUU perampasan asset koruptor untuk segera disahkan. Pak Jokowi has done his best! Namun, ya itulah, Pak Jokowi 'hanya' presiden yang tidak menguasai satu partai politik -- karena beliau  dianggap 'hanyalah' petugas partai, beliau bukan seorang magician.

 

PT56 12.37 06 March 2025

 

Do you speak Bahasa?

 


Waktu berkunjung ke Prambanan tahun lalu (kisahnya bisa dibaca di sini), aku dan Ranz berangkat naik KRL. Pulangnya karena ogah jika harus berdiri lagi jika naik KRL, Ranz mengajakku naik bus. Namun, ternyata, beberapa bus yang lewat di perempatan dekat kawasan Candi Prambanan itu tak ada yang mau berhenti ketika kami melambaikan tangan. Karena aku tidak mau kemalaman sampai Solo, (meski kami berdua sampai Solo akhirnya ya pukul tujuh malam lebih, lol) aku memutuskan untuk naik taksi online.

 

Yang menarik ditulis di sini adalah ketika si sopir taksi online 'ngechat' aku di aplikasi taksi online itu menggunakan Bahasa Inggris, "where are you waiting?" aku jawab, "near the traffic light." dia bertanya lagi dimana letak tepatnya aku menunggu. Well, jika kutilik dari grammarnya, (hoho, maklum I am an English teacher) orang ini hanya sekedar bisa berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dengan paspasan.

 

Aku heran, apa yang trigger dia ngechat dalam Bahasa Inggris? Apa dia sering mendapat klien orang luar negeri tatkala berada di sekitar Candi Prambanan ya?

 

Saat mobil datang, aku dan Ranz masuk dan duduk di jok belakang. Sopir masih menyapa dalam Bahasa Inggris, "You wanna go to Solo?" aku jawab pendek, "yes."

 

Beberapa saat kemudian, aku lihat sopir melihat ke jok belakang melalui kaca spion yang berada di atas kepalanya, "Miss, do you speak Bahasa?"

 

Aku rasanya pengen tertawa, tapi aku tahan. Dan kujawab, "nggih saged, kula tiyang Jawi." jawabku.

 

Sopir, "Oh, saya kira orang luar."

 

Aku ngikik dalam hati.

 

*********

 

Kisah ini tidak aku tulis di post aku dolan ke Prambanan karena kupikir it is not worth noting down. Aku mendadak ingat kisah ini ketika membaca satu thread di aplikasi thread, si TS menulis kisahnya yang sok kemringgis (dia menulis begini loh) ketika ditelpon temannya, dan posisinya dalam bus. Dia langsung gelagepan ketika orang yang duduk di dekatnya kemudian menyapanya, "where are you from, sir?"

 

Dan saat menulis ini aku ingat saat awal-awal aku kenal Abang -- one very good friend of mine living in NZ. Satu kali saat menelpon, dia bertanya aku mau berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Aku memilih bicara Bahasa Inggris. (sok ye. Lol.) namun ketika dia mendengar logatku berbicara English yang kental dengan logat Jawa, lol, dia bilang, "Na, pakai Bahasa Indonesia sajalah." wkwkwkwkwk … logat bicaranya a la orang Jakarta, meski waktu itu dia sudah sekitar 5 tahun tinggal di NZ. so, I don't mind at all speaking Bahasa Indonesia with him.

 

Di saat lain, aku ditelpon mbak Omie -- yang aku kenal via satu milis, milis yang sama dimana aku kenal Abang -- saat aku berada di kolam renang Paradise Club. I finished swimming at that time, dan aku hanya nongkrong di satu gazebo yang ada. Mbak Omie mengajak berbicara Bahasa Indonesia, namun karena logatnya American banget -- saat itu dia mengaku sudah tinggal di Amerika selama lebih dari 20 tahun -- aku entah mengapa merasa tidak pas jika menggunakan Bahasa Indonesia, lol. So? I switched into English. FYI, mbak Omie speaks English with strong American accent, but her grammar is not good for sure. Mine is much better than hers, lol.

 

Selesai ngobrol dengan mbak Omie via telpon, seseorang yang duduk di gazebo lain -- dekat dengan gazebo tempat aku duduk -- menyapaku, "Mbak, Bahasa Inggrismu bagus banget. Pernah tinggal di LN?"

 

Wkwkwkwkwk …

 

PT56 11.34 06 March 2025