Baper
foto diambil dari sini |
Beberapa tulisan
saya (atau mungkin banyak ya? Kekekekeke ...) terwujud karena baper. Ada yang
saya tulis di akhir postingan bahwa saya menulis artikel itu karena baper, lol,
namun lebih banyak lagi yang tidak saya tandai bahwa saya baper. LOL.
Nah, barusan saya
membaca satu status di satu grup sepeda, “gowesku gowes sehat, bukan gowes cari
jauhnya ... cari pujiannya ... setuju ...” Dan saya langsung merasa terhibur,
karena saya langsung tertawa terbahak-bahak, tapi juga sekaligus baper. Gowes
yang tidak sehat itu gowes yang seperti apa dong? Lol. Dan kategori gowes jauh
itu seberapa jauh? Gowes seperti apa yang dikategorikan agar dipuji orang?
wakakakakaka ...
Jadi ingat beberapa
tahun yang lalu, ngobrol dengan seorang kawan sepeda yang tinggal di daerah
Jakarta. Satu hari Minggu dia bersepeda di kawasan car free day. Seperti biasa,
jika kita bersepeda di kawasan CFD, dan bertemu dengan kawan sepedaan yang
lain, kita bakal berhenti, dan ngobrol. Nah, saat itu, dia melihat orang yang
datang ke kawasan situ, naik mobil (mungkin lewat sejenis jalan sempit/gang
ya?), memarkir mobilnya di satu tempat, kemudian keluar dari mobil membawa
sepeda lipat yang terkenal mahal harganya. Beberapa saat kemudian, seseorang
lain datang, naik mobil, parkir di tempat yang tidak jauh dari situ,
mengeluarkan sepeda lipat jenis sama. Seseorang yang datang belakangan ini
kemudian nyamperin temannya yang datang terlebih dahulu. Lantas mereka terlihat
ngobrol.
diambil dari link ini |
Komentar kawan saya
yang melihatnya, dua orang itu terlihat asyik berdua, tidak menyapa
pesepeda-pesepeda lain yang juga ada di lokasi yang sama. Mungkin mereka merasa
kasta mereka lebih tinggi dibanding yang lain, apalagi yang lain “hanya” naik
sepeda yang harganya jauuuuh di bawah sepeda lipat import tersebut.
Setelah sekian waktu
berlalu, dua orang itu berpisah, masing-masing kembali ke mobil mereka, melipat
sepeda, memasukkannya ke dalam mobil, kemudian pergi.
Apa itu yang
dikategorikan tidak sehat ya? Lha sepedanya Cuma buat pajangan? Tidak untuk
dinaiki? Agar bisa dikategorikan “gowes sehat” ya minimal naiki lah sepedanya
barang 5 – 10 kilometer. Hihihi ... padahal jarak 10 kilometer itu bagi mereka
yang tidak biasa bersepeda ya jarak yang super jauh. (pertama kali ngikut
funbike dengan jarak sekitar 10 kilometer, sorenya saya klenger je. LOL.)
di ketinggian 1200 mdpl |
Gowes cari pujian
itu apalagi coba? Ada orang yang merasa bersepeda kalau tidak menapaki tanjakan
tidak merasa mantap, ada yang nanjak secukupnya, namun juga ada yang merasa
perlu nanjak sampai ratusan bahkan mencapai seribu meter dpl. Apakah mereka
mencari pujian? Belum tentu. Itu kan tergantung kebutuhan masing-masing orang.
Saya merasa butuh
bersepeda antar kota (jika memungkinkan juga antar propinsi) bukan karena ingin
dipuji, tapi itu berurusan dengan kepuasan batin je. Selelah apa pun, seklenger
apa pun setelah bersepeda, jika hati senang melakukannya (dan tahu diri batas2
yang kita miliki), what is wrong with that?
Sebenarnya saya
pingin nulis lebih panjang lagi, tapi entar ketahuan betapa saya baper setengah mati, dan kurang kerjaan
sekali. Kekekekeke ...
LG 15.45 14/02/2018
No comments:
Post a Comment