ARTIS?
Mungkin pernah satu
kali aku merasa diri “ngartis” ketika mendadak orang-orang di sekitar tempat
tinggalku memperhatikan kebiasaan “baru”ku (8 tahun lalu masih baru, sekarang
sih sudah delapan tahun berlalu LOL) yakni bersepeda berangkat kerja. Kayaknya
aku sudah pernah menulis tentang hal ini, tapi aku lupa, aku posting di blog
yang mana. LOL. (Beneran sok ‘ngartis’ yak? Blog aja bejibun. LOL.)
Tapi apakah aku
memang berniat untuk ngartis tatkala pertama kali memutuskan untuk bersepeda ke
tempat kerja?
Tentu saja tidak.
|
foto lawas, masih a newbie lady b2wer :D |
Kala pertama kali
bersepeda ke tempat kerja, aku merasa itu adalah “tanggung jawab moral” karena
mendadak aku menjadi bagian dari satu organisasi pemerhati lingkungan, yakni
komunitas B2W
Semarang. Jadi anggota organisasi seperti ini masak aku ga
mempraktekkannya sendiri : bersepeda ke tempat kerja? Malu lah pada rumput yang
bergoyang. LOL. (ga nyambung ya? Biarin deh. LOL.)
Jika kemudian aku
menulis apa-apa yang berhubungan dengan sepedaan ya tentu karena aku suka
ngeblog. Pertama, sebagai arsip untuk diriku sendiri. Pengingat aku telah
ngapain ngapain. Kedua, berhubung aku ketiban sampur “jabatan” sekretaris di
awal pembentukan B2W Semarang, ya tentu aku dengan suka cita menuliskan apa-apa
yang berhubungan dengan organisasi plus aktifitas bersepeda.
Jika kemudian di
tahun 2011 aku “menemukan” soulmate mbolang dengan bersepeda, ya tentulah aku
menuliskan kisah mbolang kita kan ya di blog? Untuk kisah dolan bersepeda ini
murni hanya untuk arsip untuk diri sendiri. Jika kemudian banyak yang
terinspirasi melakukan hal yang sama – dolan dari kota ke kota dengan bersepeda
– tentu aku sangat excited karenanya.
Karena sebenarnya aku pun terinspirasi mereka-mereka yang melakukan hal ini
sebelum aku bertemu Ranz. Ini semacam efek domino, saling menginspirasi, saling
mempengaruhi. J Kuanggap ini
adalah hal yang positif, jadi ... nothing wrong with this kan? J
|
otw mbolang ke Tawangmangu, Desember 2011 |
Di tahun 2013 B2W
Semarang melakukan pemilihan ketua baru, karena B2W pusat meminta kita di
Semarang untuk melakukan “penyegaran” ini. Alasannya ga perlu kutulis disini
ya? Yang pasti, secara pribadi maupun sebagai sekretaris B2W Semarang tahun
2008 – 2013 aku merasa Om Triyono (ketua kedua organisasi) telah cukup berhasil
menggaungkan nama “B2W Semarang”; bahwa organisasi bike-to-work ini tidak hanya
ada di Jakarta, namun di Semarang pun juga ada.
Voting pemilihan
ketua ini menghasilkan om Ariyanto Bjo sebagai ketua B2W Semarang di tahun
2013. Om AB – nama bekennya – memilihku sebagai wakil ketua.
Akan tetapi, hal ini
tidak berlangsung lama. Om AB pindah ke Jakarta di tengah tahun itu, karena
urusan pekerjaan. Dia menyerahkan tanggung jawab sebagai ketua kepadaku. Aku
menolak dengan halus, awalnya, karena dia bilang akan tinggal di Jakarta hanya
sampai akhir tahun itu. Kita menunggunya balik ke Semarang saja untuk melakukan
hal-hal yang sempat kita rencanakan waktu rapat pengurus awal.
Namun ternyata di
awal tahun 2014, Om AB bilang pekerjaannya memaksanya untuk tinggal di Jakarta
lebih lama, tanpa kepastian kapan bisa balik ke Semarang. Dengan sedikit
memaksa, dia memintaku menerima tampuk ketua B2W Semarang. Secara resmi dia
juga mengirim email pengunduran diri pada B2W Pusat.
|
waktu menghadiri gathering korwil B2W Jateng DIY, Juni 2012 |
Februari 2014 itu,
aku dan Ranz memulai mengadakan gowes malam di hari Jumat terakhir tiap bulan
untuk mengkampanyekan penggunaan sepeda sebagai moda transportasi, sekaligus
sebagai ajang silaturrahmi para pesepeda kota Semarang. Kita memberi nama event
ini segowangi.
Ini pun gegara aku ‘disentil’ oleh Om Poetoet (mendagri-nya B2W Pusat) untuk
mengadakan kegiatan ini, seperti kota-kota lain. Dengan catatan
penyelenggaraannya tertib, tidak menuh-menuhin jalan raya yang mungkin malah
membuat pengguna jalan lain ill feel
pada para pesepeda. J pokoknya
motto SHARE THE
ROAD harus terus menerus diusung.
Segowangi memang
tidak pernah se’spektakuler’ JLFR (Jogja Last Friday Ride) maupun SLFR (Solo
Last Friday Ride) atau ICMR (Indonesia Critical Mass Ride) yang pesertanya bisa
mencapai ribuan pesepeda. Namun, bagiku pribadi, aku lebih suka seperti ini,
paling banter hanya sekitar 100 pesepeda yang gabung. Jika sampai ribuan orang dan
menghasilkan ‘kericuhan’ seperti yang terjadi di Solo, kayaknya aku akan
pensiun saja menyelenggarakan segowangi. LOL.
|
segowangi 1, Februari 2014, bersama Pak Wali, Hendradi |
Selain segowangi,
beberapa kali kita juga mengadakan TweedRide. Event ini bisa dikatakan sebagai
kampanye bike to work, karena kita bersepeda dengan mengenakan busana resmi,
seperti ketika kita berangkat bekerja. Bukan karena aku pingin “ngartis” lhooo,
LOL, tapi karena mendapat mandat dari B2W Pusat untuk menyelenggarakan ini.
Kalau Jakarta tidak mengadakan, duh, ngapain aku repot-repot yak? Mending juga
sepedaan sendiri dengan kawan-kawan yang membuatku nyaman bersepeda bareng,
dengan mengenakan baju yang jauh lebih nyaman untuk sepedaan. Mana kontur kota
Semarang naik turun gini. LOL.
Lalu ... ketika
seseorang ngatain aku “sok ngartis” di bidang sepedaan ini, helloooo ...
kira-kira alasannya apa yaaa?
|
TweedRide 1, Oktober 2014 |
Hmmm ... mungkin
maksudnya aku bukannya “sok ngartis” ... tapi memang dia menganggapku artis.
Kekekekeke ... padahal kata “artist” yang diambil dari Bahasa Inggris itu
artinya seniman yak? Aku bukan seniman, aku Cuma bersepeda ke kantor, Cuma
mbolang naik sepeda. Cuma sepedaan dengan mereka-mereka yang pingin sepedaan
bersama-sama. Cuma itu. Ga lebih.
Nothing special with
that. J
LG 14.54 18/08/2016