Reuni ... reuniiiii
Kehebohan FACEBOOK yang membuat buanyaakkk orang
berinisiatif untuk mengadakan reuni dengan kawan-kawan lama sejak tahun 2009
ternyata tetaplah ampuh gaungnya di lima tahun kemudian, 2014. Gegara FB di
tahun 2009 + 2011 aku ber(pra)reuni dan bereuni dengan teman-teman SMA. Di tahun
2013 aku menghadiri (pra) reuni dengan teman-teman SMP. Dan ... di bulan
Februari 2014 aku pun bereuni dengan teman-teman kuliah S1.
Dengan teman-teman kuliah S1 yang jumlahnya tak seberapa itu
kita tergabung dalam satu kelompok ‘whatsapp’. Dari obrolan di WA tercetuslah
keinginan untuk berkumpul di Kampus Biru – UGM. Untunglah kita memutuskan untuk
memilih tanggal 22 Februari untuk bereuni. Kalau tanggal 15 tentu bakal gagal
total gegara pada hari Kamis malam 13 Februari Gunung Kelud meletus dimana
abunya menghujani kota-kota sekitar. Jogja termasuk salah satu kota yang
terparah hujan abunya sehingga bandara Adi Sucipto pun ditutup.
22 Februari 2014
Aku meninggalkan Semarang – berdua my Lovely Star, Angie –
sekitar pukul 06.00 dengan menumpang bus Jo*****mar. Sampai di pool Jo*****mar
jalan Magelang Jogja sekitar pukul 09.50. Kita berdua sampai di Bunderan UGM
sekitar pukul 10.15. Dari sana kita berdua berjalan kaki (I had to leave Austin
– my darling folding bike – at home because Angie couldn’t bike for a long time)
menuju Gedung Pusat UGM. Aku harus merelakan melewatkan sesi sarapan bersama di
SGPC yang terletak di pinggir Selokan Mataram. Namun aku masih sempat ikut
bernarsis-ria di gedung yang “arsitekturnya keren ya Ma?” kata Angie.
Sampai disana, telah ada Okky (the only male participant after Ridwan went home), Indah, Lili, Retno, Oziek (mereka berlima
menjadi penduduk Jakarta), Nita
(dari Solo), serta Tari, Lia, dan Wiwin yang menjadi penduduk Jogja. Menjelang
sampai Gedung Pusat, semula aku tidak melihat mereka, yang kulihat ada beberapa
orang yang mengenakan toga – tanda mereka baru wisuda – yang sedang bernarsis-ria
di halaman sebelah Utara.
yang sarapan di SGPC ki-ka : Retno, Lili, Wiwin, Lia, Okky, Ridwan, Indah, Oziek, Nita, Tari |
“Lho, teman-teman Mama kemana ya?” gumamku, lebih berkata
kepada diri sendiri ketimbang berkata kepada Angie. Kemudian kulihat ada
beberapa orang di dalam gedung. Aku yakin melihat mereka mengenakan atasan
putih – our dress code for that morning – namun aku ga begitu percaya pada mata
belorku. LOL. Maka aku bertanya pada Angie,
“Do you think those people are my friends, honey?”
“Well ... they look still young though,” jawab Angie.
Waduw, lha katanya mereka ada di Gedung Pusat. Di halaman ga
kelihatan, di dalam gedung ga kelihatan, lalu dimana mereka ya?
“Are you sure they are still young honey? Not my friends?”
tanyaku, mencoba meyakinkan Angie.
“Well, let me see.” Jawab Angie kurang yakin. “Oh okay ... I
think they look like your friends.” Katanya akhirnya.
“Do you mean I look older than them?” tanyaku, anxiously down-hearted,
merasa kok tumben Angie bilang her mom looks older than her peers. LOL.
(Biasanya sebaliknya soalnya. LOL.)
“No ... no ... you look as
young as them. I mean you look around the same age as them.” Jawab Angie. Well,
semoga dia jujur, ga bermaksud merayuku. LOL.
di Gedung Pusat, sebelum aku bergabung |
aku sudah bergabung LOL |
di dalam ruangan Gedung Pusat |
And ... yesss!!! Orang-orang
yang sedang sibuk pilih-pilih posisi dan lokasi untuk foto-foto di dalam gedung
itu adalah teman-teman kuliahku seangkatan di jurusan Sastra Inggris. Peluk cium
selain hai-hai heboh pun berhamburan. Oh gosh! Trust me! All of them don’t look
so much different from the time when we all went to the same classes many years
ago. Paling yah ... ada sedikit kerutan lah yang menunjukkan kedewasaan telah
menghampiri, dan sedikit uban yang menghiasi helai-helai rambut. But they all
look charming in their mature age.
Dari Gedung Pusat, kita menuju
kampus yang zaman dulu disebut “Fakultas Sastra dan Kebudayaan” sekarang “Fakultas
Ilmu Budaya”. Jika dulu pintu masuk adalah pintu yang menghadap ke arah Barat
(halaman gedung Graha Sabha Pramana), sekarang pindah ke pintu yang menghadap Utara
(gedung Fakultas Teknik). Berbeda denganku yang masih sering keluyuran di
kawasan UGM (thanks to my biking activities LOL) teman-teman terheran-heran
dengan perpindahan pintu masuk ini. LOL. Mereka juga – dengan nada bercanda –
ga terima mengapa namanya berubah menjadi “Fakultas Ilmu Budaya”. LOL.
di teras Fakultas Sastra, eh, Fakultas Ilmu Budaya :) |
Dewi dan Sisil sudah bergabung :) |
penampilan kantin 'Bonbin" terkini :) |
hasil jepretan Angie sembari berdiri di atas bangku :) |
serasa masih usia duapuluhan tahun LOL |
Sementara menunggu dua teman
lain datang – Sisil yang kembali menjadi
penduduk Jogja setelah sempat ngabur ke Bandung selama 10 tahun dan Dewi yang asli Trenggalek namun
sekarang menjadi penduduk Palur
Karanganyar – kita bernarsis-ria di teras tempat kita dulu nongkrong menunggu
kelas. Bernostalgia. Meski tak lagi ada tulisan “Fakultas Sastra dan Kebudayaan”
di dinding teras. LOL.
Tak lama kemudian Sisil dan
Dewi bergabung. Setelah sekali dua jepret kita pindah ke ... kantin! Kantin yang
di kala kuliah dulu disebut “bonbin” (mengingat betapa banyak jenis binatang
yang ikut bergabung dengan para mahasiswa menikmati segelas teh panas maupun es
teh dan tahu goreng, atau pun berbagai jenis makanan yang lain. LOL.) “Bonbin”
ternyata telah bersolek lebih jelita dibanding dulu, meski bekas abu vulkanik
letusan Gunung Kelud membuat suasana terlihat abu-abu dan kuyu, keduabelas
mantan mahasiswa Sastra Inggris UGM ini tak terpengaruh. Tetap ceria dengan
gelak canda tawa.
Usai menikmati minuman pesanan
masing-masing dan kue oleh-oleh dari Dewi, kita pindah berfoto-fiti keluar area
dengan tulisan FAKULTAS ILMU BUDAYA UGM.
Dari FIB kita mampir check in
di UC (University Club) penginapan milik UGM, tempat Lili, Indah, Retno, dan
Oziek akan bermalam. Setelah itu??? Saatnya makan siaanggg! (This reunion was
full of munching, talking, and laughing!) Saatnya menikmati gudeg manggar sebagai menu
makan siang kita di rumah makan milik Sisil yang terletak di Jalan Panembahan Mangkurat no. 20, tak
jauh dari Plengkung Wijilan. Gudeg manggar adalah makanan khas dari
Bantul; meski menggunakan bumbu-bumbu yang sama persis dengan gudeg yang bahan
bakunya dari nangka muda, gudeg manggar ini terbuat dari manggar alias putik
bunga kelapa muda sehingga teksturnya lebih krenyes-krenyes ketika dikunyah. Kebetulan
sang koki, Sisil, mungkin kurang suka rasa manis sehingga gudegnya pun tak
terlalu manis. Cocok sekali buat mereka yang tak begitu menyukai rasa manis. Dan
... Sisil memasaknya tanpa penyedap masakan lho. Jempol banget rasanya. Dan ...
sebagai bonus buat teman-teman, di atas meja pun telah penuh dengan berbagai
jenis buah-buahan seperti rambutan, jeruk, hingga pisang. Plus dua piring
kacang rebus yang kuhabiskan bersama Oziek. LOL.
penampilan gudeg manggar bersama uborampenya :) |
setelah kenyang :) |
di RM Pondok Indah |
pisang yang enyakkkk |
pemandangan di RM Pondok Indah |
cappuccino floatnya lumayaaaaannnn :) |
RM Pondok Indah menawarkan
pemandangan yang indah selain makanan dan minuman yang harganya sangat
terjangkau. Jika beruntung para pengunjung bisa mendokumentasikan pemandangan sunset yang mendebarkan hati. (Nampaknya sih begitu.
LOL.) Sayangnya semakin senja, suasana semakin meredup dengan mendung yang kian
tebal menggantung; terkadang kabut pekat pun menyergap dengan tiba-tiba. Alhasil,
kita pun harus legowo tak mendapatkan keindahan sunset itu.
Sekitar pukul 16.30 kita meninggalkan
RM Pondok Indah untuk kembali ke rumah masing-masing. (Tari telah pamitan
sebelum pukul 15.00. Dewi dan Nita menyusul satu jam kemudian.) Aku, Lili,
Retno, Indah kembali ke UC. Sementara kita berempat mengantri mandi, Wiwin dan
Oziek mengantar Lia kembali ke rumahnya di daerah Gejayan.
Pukul 19.45 Okky kembali
menjemput kita bersama Mas Edi yang menyetir mobil. Saatnya makan malam! Horeee
... makan lagiiiiiiii. Kali ini kita bersembilan : aku, Lili, Indah, Oziek, Retno,
Wiwin, Sisil, Okky, dan Tari yang mengajak serta malaikat kecilnya, Alle. Dari
sekian pilihan, Okky mengajak kita ke Sate
Klathak Pak Bari yang terletak di Jalan Bantul. Jauhnyaaaaaaaaaaaaaa ...
LOL. Sekitar jam 21.00 kita baru sampe.
Sate klathak adalah sate
kambing muda yang cara memasaknya ditusuk menggunakan ruji sepeda. Yang terlihat
paling menikmati suguhan ini adalah ... Okky! Rupanya memang dialah yang nyidam
sate klathak. Untuk itu dia datang jauh-jauh dari jakarta menghadiri reuni di
Jogja untuk ... mengajak kita ke Bantul untuk makan sate klathak. LOL.
Akhirnyaaaa ... tibalah saatnya
untuk berpisah. Pukul 22.30 kita saling saying
goodbye. Lili, Indah, dan Retno
menginap di UC. Oziek dijemput adiknya untuk pulang ke Godean menengok sang
bunda. Aku bersama Tari plus Alle meninggalkan UC naik taksi menuju Jakal km.
8. Tari mengantarku sampai rumah Detta, sobatku yang telah menjadi penduduk Jogja
sejak tahun 2008 yang rumahnya kebetulan tidak jauh dari rumah Tari.
Thank you dear old friends for
the lovely moments. See you all in the next reunion!
No comments:
Post a Comment