Jika Dee ingat kapan dia pertama kali jatuh cinta kepada kekasihnya hingga bisa dia hitung berapa tahun, berapa bulan, berapa hari, berapa jam, berapa menit, hingga berapa detik dia telah menikmati rasa itu (dimana dia kemudian menemu angka yang fantastis => 4.354.560.000), aku tak ingat kapan akhirnya hatiku lumer kepadamu secara alami, dan rasa itu pelan-pelan mulai mengkristal. Hingga, bila Dee bisa merayu kekasihnya dengan angka miliaran tersebut untuk memastikan betapa cintanya memberikan sensasi keabadian (meski dia coba yakinkan tak ada gunanya merayu) aku tak punya apa-apa untuk bisa merayumu, apalagi untuk coba yakinkanmu bahwa telah dengan suka rela aku biarkan kau curi sejumput daging yang konon terletak di dalam dada (maafkan jika aku salah karena dulu tatkala duduk di bangku sekolah aku selalu tergagap kala guru Biologi menjelaskan bagian-bagian tubuh manusia).
Jika Dee mengatakan bahwa kekasihnya adalah pangkal, ujung, dan segalanya yang di tengah-tengah hingga menyerupai sensasi ilahi, aku tak tahu dimana posisimu dalam hidupku, tak di pangkal, tak di ujung, tak juga di tengah-tengah hingga tentu saja jauh dari menyerupai sensasi ilahi, namun satu hal yang jelas => engkau mewujud dalam esensi adaku!
Jika Dee yakin bahwa dipeluk dan didekap tanpa pretensi oleh kekasihnya adalah surga meski untuk itu dia harus jalani hidup yang bak mengitari Gunung Sinai -- konon tak pernah ada jalan yang lurus yang mudah dilewati untuk capai Tanah Perjanjian -- aku belum tahu pasti dimanakah bisa kunikmati sensasi surga itu. Dalam pelukmu kah? Walau aku tahu selalu kunikmati setiap detik kebersamaan kita untuk berbincang tentang semua yang ingin kau tahu tentang aku, seperti kunikmati suara dan desah nafas sensualmu. Barangkali kita akan terus berbincang dan berbincang, melewati detik, menit, jam, hari, jika kita miliki waktu tuk bertemu. Sambil berpelukan. Namun benarkah saat-saat itu akan menjelma surga bagiku?
Tetap saja ingin kukatakan selamat untukmu karena telah kau sihir aku menjadi makhluk yang (semakin) tak sempurna. (Kau buang kemana sejumput daging dalam dadaku yang kau curi?)
Inspired by Dee's "Selagi Kau Lelap"
Gombel Lama 11.11 200810
No comments:
Post a Comment