 |
aku dan Angie dalam gerbong KA BIAS |
Hari Jumat
11 April 2025 aku berangkat ke Solo dengan naik travel Ar***n jam 10.00.
Sesampai sana, Ranz sudah menunggu kehadiranku. Dari pool travel Ar***n, kami
berjalan kaki ke LANA SEDUH yang terletak hanya sekitar 5 langkah dari pool
travel. Di Lana, kami makan siang sambil ngobrol. Aku pesan latte cendol, one
favorite drink of mine here. Untuk 'munches', aku memesan gado-gado spring
rolls. Tidak lama kami berada di sana, hujan deras turun. Ini menjadi alasan
kami lumayan lama nongkrong di sana.
 |
Ini uenak, sayang saus kacangnya kurang banyak |
Dari sana,
setelah hujan mereda, Ranz mengajakku mampir ke satu café lain lagi, dengan
berjalan kaki: Harso Café. Belum lama kami duduk di bangku yang mereka sediakan
di luar café, hujan turun lagi. Di sini, aku memesan iced coffee latte,
sayangnya rasanya terlalu masam untuk lidahku, not to my taste.
Setelah
hujan reda, kami berjalan kaki ke rumah Ranz. Well, mungkin jarak dari pool
Ar***n ke rumah Ranz sekitar 1,5 km. Dan … tidak lama setelah kami sampai rumah
Ranz, hujan turun lagi! Tahun ini memang musim hujannya (terasa) panjang
sekali.
 |
penampakan migor pesananku |
Hujan masih
turun sampai sekitar pukul 19.00. aku dan Ranz ke luar -- ke warung bakmi Jawa
Bu Marni di Penumping -- naik taksi online. Setelah makmal -- aku memesan mi
goreng, aku makan hanya setengahnya, setengahnya lagi aku minta dibungkus untuk
Angie -- kami berdua ke pool Ar***n, kali ini kami menjemput Angie yang
menyusulku dengan naik travel dari Semarang jam 19.00.
Sabtu 12 April 2025
Kami
berempat -- aku, Angie, Ranz, dan Deven -- berangkat menuju stasiun Balapan jam
08.10 naik taksi online. Sesampai stasiun Balapan, kami langsung menuju peron
7/8, yang letaknya berbeda dari peron 1 - 6. untuk pertama kali kami
menginjakkan kaki di area stasiun Balapan yang nampak modern! :) Kami naik KA
BIAS menuju Ngawi.
KA BIAS yang
kami tumpangi meninggalkan stasiun Balapan pukul 08.58, dan kami sampai di
stasiun Ngawi pukul 10.05. FYI, jika ingin memesan taksi online di sini, kita
harus ke luar dulu dari stasiun, berjalan sekitar 200 - 300 meter, baru lokasi
kita bisa dibaca oleh aplikasi taksi online. Semula, kami hanya berencana untuk
menengok (kembali) Benteng Van den Bosch. Namun, aku tiba-tiba juga ingin ke
Srambang Park. Ketika aku mengatakan hal ini kepada Ranz, dan kami ngecek biaya
sewa taksi online ke Srambang Park, Ranz setuju. Setelah mendapatkan satu taksi
online, kami menawar harga sewa. Si sopir setuju dengan harga Rp. 350.000,00.
Tujuan pertama kami adalah Benteng Van den Bosch. Tiket masuk: Rp. 10.000,00
per orang. Untuk (parkir) mobil, kami kudu membayar Rp. 5.000,00.






Yang pertama
kami lakukan sesampai Benteng Van den Bosch adalah mampir di salah satu kantin
yang ada: Angie belum sarapan! (aku, Ranz dan Deven sudah sempat sarapan bubur
ayam sebelum berangkat.) di sini Angie memesan mie ayam, sedangkan Deven
memesan satu pop mie. Kami baru masuk ke dalam area benteng sekitar pukul
11.30.
Aku sama
sekali pangling dengan penampakan Benteng yang sekarang, jika dibandingkan
dengan kondisi Benteng di tahun Desember 2019, saat pertama kali aku dan Ranz
ke sini. Meskipun begitu, honestly, ternyata meski telah direnovasi dan
bangunan benteng nampak modern, vibes kunonya masih terasa kok.
Sekitar
pukul 13.00 kami ke luar. Sopir taksi yang kami sewa telah menunggu kami di
tempat parkir mobil. (FYI, setelah mengantar kami ke Benteng, dia pamit untuk
mengantar anaknya pulang ke rumah terlebih dahulu. Si anak ternyata naik KA
BIAS yang sama dengan kami, dia bersekolah di satu sekolah swasta di daerah
Kerten, Solo.) dari sana, kami langsung menuju Srambang Park, yang terletak
kurang lebih 33 kilometer dari pusat kota Ngawi.
Sesampai
tempat parkir Srambang Park, aku rada heran: tumben sepi. Aku dan Ranz --
diantar mas Martin dan mbak Niken -- ke sini tahun 2023, waktu itu, mencari
tempat parkir saja lumayan susah. Apa karena masih sering turun hujan ya? Di
beberapa lokasi, ada kejadian pohon tumbang dan menimpa turis (bukan di
Srambang sih setahuku). Bisa saja hal ini membuat orang tidak berani berkunjung
ke destinasi wisata yang berupa hutan. Dari tempat parkir, kami naik ojek
menuju pintu masuk. Seperti biasa, satu motor kami membayar Rp. 5000,00. kami
menyewa 3 motor, aku sendiri, Angie sendiri, Ranz dan Deven satu motor. Tiket
masuk Srambang Rp. 20.000,00 per orang.

Bisa
dibayangkan jika tempat parkir saja sepi, suasana di dalam juga sepi. Setelah
berjalan-jalan di dalam, aku baru ingat, di banyak tempat, pengelola memberikan
peringatan: "JIKA TURUN HUJAN, HARAP SEGERA KEMBALI." peringatan ini
khususnya untuk mereka yang terus berjalan menuju air terjun. Aku suka
'trekking' di sini karena treknya mudah :) meski mudah (jika dibandingkan
dengan trek menuju air terjun Semirang atau Curug Lawe/Benowo), ini tetaplah
trekking di tengah hutan dengan pohon-pohon yang tinggi-tinggi, sungai yang
airnya bening dan dingin.
Syukurlah
sampai kami memutuskan untuk ke luar dari area Srambang Park pukul 15.30, hujan
tidak turun. Hujan turun saat kami on the way menuju stasiun Ngawi. Kami sampai
di stasiun Ngawi sekitar pukul 16.30. KA BIAS yang kami naiki berangkat dari
stasiun pukul 16.50. kami sampai di stasiun Balapan pukul 18.00.
 |
Penampakan chicken schnitzel di WE GOT STEAK, full of cheese! |
 |
Double tenderloin steak |
Dari sana,
Ranz mengajak kami makmal di WE GOT STEAK. See? Jika aku sedang bepergian
begini, tatanan makanku yang biasanya hanya dua kali sehari (sarapan dan maksi)
jadi berantakan. Hiksss … mau ga ikut
makan, kok eman-eman, lha ditraktir je, lol.
Mungkin kami
sampai rumah Ranz sekitar pukul 21.00. Perutku kuenyang sekai!!!
Guess what?
Aku dan Ranz masih mau dolan ke Ngawi lagi! Hohoho … Ranz menyesal karena dia
tidak kepikiran untuk sekalian ke Srambang, maka dia pesan tiket KA BIAS yang
jam 08.58. andai sejak awal berencana begitu, dia akan memesan tiket yang lebih
pagi lagi, agar kami bisa lebih puas eksplore Benteng Van den Bosch.
PT56 14.02
22 April 2025
 |
12 April 2025 |
 |
Desember 2019 |