 |
pintu masuk Banyuwangi Park |
Day 4 Senin 27 Januari 2025
Menu sarapan hari ketiga di Dannu's homestay adalah roti panggang isi sayuran
dan lauk telur orak-arik. Untuk buah, tuan rumah menyediakan salak dan
semangka. Ada tamu yang baru datang malam sebelumnya, mereka menginap di kamar
sebelah. Dan kami sarapan bersama, plus ada dua orang bule yang juga nampak di
ruang makan. Karena hari ini kami akan ke Rogojampi -- desa kelahiran ayahnya
Ranz, sekitar 17 kilometer dari homestay tempat kami menginap -- aku bikin kopi
hitam setelah sarapan agar aku alert sepanjang perjalanan. Di ruang makan
disediakan air dispenser, kopi, teh dan gula. Bagi yang butuh minum teh atau
kopi, mereka bisa membuatnya sendiri.
Kami
meninggalkan penginapan sekitar pukul 09.45. Karena aku sudah minum kopi di
homestay, dalam perjalanan ke Rogojampi, saat mampir ke satu minimarket, hanya
Angie yang membeli kopi. Dia memilih kopi 'baper' a.k.a kopi yang bisa diBAwa
PERgi sehingga kami ga perlu nongkrong di situ.
 |
Sega cawuk |
Ranz
bercerita ketika dia kecil -- kakek neneknya masih ada -- biasa diajak 'mudik'
ke Rogojampi oleh orangtuanya saat lebaran, naik kereta api. Setelah kakek
neneknya meninggal, Ranz dan keluarga nyaris tidak pernah ke sana lagi. Selain
'bernostalgia' dengan area ex rumah kakek neneknya, Ranz juga sempat membeli
satu masakan lokal Banyuwangi - sega cawuk -- yang biasa dia makan dulu.
Sebenarnya awalnya aku berniat untuk ikut mencicipi, sayangnya saat Ranz jajan
itu, perutku rasanya sangat kenyang.
Setelah Ranz
selesai makan sega cawuk, dia sempat masuk gang tempat dulu rumah kakek
neneknya, paklik bulik, pakde bude terletak, kemudian kami kembali ke arah kami
datang -- Banyuwangi.
Tujuan
selanjutnya hari ini merunut ke keinginan Deven: Banyuwangi Park. Waktu melihat
Banyuwangi Park ini -- saat kami menuju de Jawatan di hari Sabtu -- Ranz bilang
ke Deven bahwa itu sejenis Ibarbo Park. Jelas Deven langsung pengen dolan ke
situ. Kami membeli tiket terusan, harganya Rp. 50.000,00 per orang.
Bedanya
dengan Ibarbo Park?
Banyuwangi Park menyediakan satu bagian yang merupakan wahana edukasi untuk anak-anak, ini
sedikit mirip dengan 'Rumah Pintar' yang ada di Jogja, ada beberapa 'alat'
edukasi untuk mengenalkan anak-anak pada reaksi fisika, termasuk ada spot uji
coba jika ada gempa bumi maupun jika ada angin puting beliung. Juga
ada satu spot untuk mencoba belajar membatik.
Selain
wahana edukasi, ada 'miniature' destinasi wisata Banyuwangi di sini, seperti
Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Sukamade
a.k.a Meru Betiri, pulau Tabuhan, hutan de Jawatan, Blue Fire di kawah Ijen.
Juga terdapat rumah adat orang Osing -- orang asli Banyuwangi.
'amusement
park' juga ada di sini. Angie dan Deven sempat naik 'spinning coaster'; Angie
mencoba naik 'kursi terbang' entah apa itu namanya, lol. Kami berempat sempat
naik bom bom car, kebetulan antrinya tidak sebegitu mengerikan, lol, dibandingkan saat kami ke Ibarbo Park.
Saat kami
berniat meninggalkan lokasi, di dekat pintu keluar, kami 'baru' melihat spot
Rumah Kaca, kami pun masuk ke situ. Di sebelah Rumah Kaca, ada 4 dimension
cinema, kami pun masuk. Yang terakhir -- mengikuti keinginan Deven -- kami
masuk ke Rumah Santet, lol.
Otw balik ke
penginapan, aku mengajak mampir ke RM sego tempong Mbok Wah, sesuai pesanan
beberapa kawan untuk mencoba masakan di sana. Lokasinya terletak sekitar 7 km
dari Banyuwangi Park. We found the place. Unfortunately, saat kami sampai di
sana, antrian pengunjung telah lumayan panjang. Ranz itu paling anti disuruh
mengantri seperti ini, lol. Saat masuk antrian, Angie berbisik, "Ma …
jangan-jangan ini hanya sejenis nasi
jamblang di Cirebon itu?" Nah lo. Aku pun mengatakan hal ini ke Ranz, dia
pun mengiyakan. "Lha memang hanya seperti itu kok." katanya.
Satu hal
yang semakin membuat Ranz ill feel adalah cara si penjual melayani pembeli.
Hanya ada seorang penjual yang melayani, saat satu orang pembeli di depan si
penjual, terjadi percakapan, misal, "mau yang ini atau yang itu? Pedasnya
seberapa? Oh atau yang ini saja?" hal yang jelas membuat prosesnya kian
lama. Lha masih mending di antrian nasi jamblang. Masing-masing pengunjung
mengambil lauk yang diinginkan, tidak perlu ada satu orang yang melayani
puluhan pengunjung. Setelah selesai, dia bawa piring dan isinya ke kasir. Kasir
akan langsung menghitung, dan menentukan berapa harganya. Si pembeli membayar.
Selesai.
Karena
penasaran, Angie dan Ranz sempat melihat-lihat lauknya masih ada apa saja.
Ternyata tidak banyak. Itu sudah mendekati jam setengah lima sore. Maklum jika
persediaan lauk sudah menjelang habis. Akhirnya? Kami pergi, tidak jadi makan
di situ. Lol.
Aku bilang
ke Ranz untuk langsung pulang ke homestay saja. Nanti cari makan di daerah
situ. Ternyata Ranz berpikir bahwa aku masih ingin makan sego tempong. Dia
mencari jalan -- di google maps -- menuju RM sego tempong Mbok Nah. Aku yang ga
ngeh, ngikutin saja instruksi yang diberikan Ranz, belok kiri, belok kanan,
lurus, bla bla bla. Setelah menjelang sampai, Ranz bilang, "Itu di depan,
sebelah kanan. Kita tinggal menyeberang." aku yang bingung tidak melihat
keberadaan homestay tempat kami menginap jadi gagap, lol.
"Ini
kita mau di mana? Homestay kita mana?" tanyaku.
"Loh,
kamu bilang kamu pengen makan sego tempong?" jawabnya.
"Engga!
Ga usah! Kita pulang saja ke homestay. Kita makan di sembarang tempat
saja!" jawabku, apalagi dia sambil mengeluh kasihan Deven sudah kelaparan.
Aku jadi emosi. Lol.
"Piye
to iki? Tiwas tak golekke dalan tekan kene! Ngertio mau langsung mulih!"
serunya. Lol.
Begitulah
kami. Lol. Angie berkomentar, "Kalian itu kurang komunikasi, merasa sudah
saling paham padahal tidak!"
Sore itu
akhirnya kami mampir di satu rumah makan, yang berjualan beberapa jenis
masakan. 'lucu'nya saat kami berempat tiba di sana, kami berbarengan dengan
satu rombongan orang yang sebelumnya juga ke RM Mbok Wah. Ini berarti mereka
juga meninggalkan RM Mbok Wah saat tahu bahwa persediaan masakan di sana
tinggal sedikit.
Di RM ini --
aku lupa memperhatikan namanya -- kami memesan satu ikan gurame bakar seharga
Rp. 85.000,00. Angie yang sebenarnya kurang menyukai ikan bakar, tidak memesan
jenis masakan lain saat tahu harga ikan gurame itu 'segitu', lol. Deven -- yang
anak kecil, meneketehe harga ikan bakar yang 'segitu' memesan bebek bakar.
Harga bebek bakar ini Rp. 55.000,00. saat membayar, semua -- termasuk nasi
putih, lalapan, dan minuman berupa es teh 3 gelas dan 2 botol air mineral --
Rp. 197.000,00.
Kami sampai
di homestay sekitar pukul tujuh malam. No rain at all today meski di pagi hari
cuaca sangat mendung.
Karena
kekenyangan, aku mengajak Angie jalan-jalan di sepanjang Jalan MH Thamrin di
situ, sedangkan Ranz mengajak Deven ke fitness center yang terletak tidak jauh
dari homestay. Luckily it didn't rain that night.
That was our
last night in Banyuwangi in January 2025, so we had to pack our things.
Day 5 Selasa 28 January 2025
Ranz bangun
jam 04.00 dan memulai ritual paginya. Aku gantian mandi jam 04.45, lalu Deven.
Terakhir Angie :)
Kami
meninggalkan homestay tempat kami menginap selama 4 hari sekitar pukul 06.00,
naik taksi online. Kami sampai di stasiun Banyuwangi Kota sekitar pukul 06.15.
yang pertama kali kami lakukan adalah mampir di satu warung makan yang ada di
depan stasiun. Aku dan Ranz makan satu piring berdua dengan lauk ayam suwir
pedas dan kering tempe yang 'kriuk', Angie memilih telur balado sebagai lauk.
Selain itu, kami juga membungkus nasi dan lauk untuk bekal kami makan di kereta
api. You know, biar kami ga perlu beli makanan di kereta api yang harganya wah
meski rasanya so so saja. Hoho …
Usai
sarapan, kami berjalan ke stasiun. Sebelum masuk ke peron, aku beli roti O dulu
buat ngemil dalam kereta. KA Sritanjung yang kami naiki meninggalkan stasiun
Banyuwangi Kota pukul 07.15.
Dalam
perjalanan menuju Solo, beberapa kali KA harus 'mengalah' dengan kereta lain.
Meski begitu, untunglah KA Sritanjung sampai di Stasiun Purwosari pukul 19.30,
hanya 10 menit terlambat dari jadual yang tertera di karcis. Mas Martin dan
mbak Niken menjemput kami di stasiun, maka aku dan Angie ada yang mengantar ke
pool shuttle Ara***. Aku sudah memesan 2 seat
untuk keberangkatan jam 20.00.
Aku dan
Angie sampai rumah sebelum jam 22.00. Alhamdulillah.
Next time,
kami dolan lagiii. InsyaAllah.
PT56 03
February 2025